Rabu 19 Sep 2018 14:28 WIB

Kim Jong-un akan Kunjungi Korsel

Korut setuju untuk menutup fasilitas nuklir.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, kiri, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in saling berpelukan setelah menandatangani pernyataan bersama di desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Korea Selatan, Jumat (27/4).
Foto: Korea Summit Press Pool via AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, kiri, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in saling berpelukan setelah menandatangani pernyataan bersama di desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Korea Selatan, Jumat (27/4).

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong-un diperkirakan akan mengunjungi Korea Selatan (Korsel) akhir tahun ini. Hal itu disampaikan Presiden Korsel Moon Jae-in ketika menggelar konferensi pers di Pyongyang pada Rabu (19/9).

“Kunjungan itu seharusnya dilakukan pada akhir tahun ini, jika tidak ada sesuatu yang luar biasa terjadi,” kata Moon, dikutip laman kantor berita Rusia TASS. Moon menambahkan, kunjungan itu akan menjadi titik balik dalam hubungan antar-Korea.

Sementara Kim Jong-un belum mengonfirmasi tentang kunjungan tersebut. Ia hanya mengatakan akan mengunjungi Seoul dalam waktu dekat.

Moon sedang melakukan kunjungan ke Korut. Kunjungan selama tiga hari itu dimulai sejak Selasa (18/9). Terdapat dua misi utama dalam kunjungan tersebut, yakni memajukan proses denuklirisasi Semenanjung Korea dan mempromosikan kembali dialog antara Korut dan Amerika Serikat (AS).

Perihal denuklirisasi, Moon mengatakan, Korut telah setuju untuk mengambil langkah-langkah lanjutan guna menciptakan kawasan Semenanjung Korea yang bebas senjata nuklir. Tak hanya itu, Pyongyang pun sepakat untuk menutup fasilitas pengujian rudalnya di Dongchan-ri.

Baca juga, Korea Utara Setuju Tutup Fasilitas Nuklir.

Kesediaan Korut melakukan hal itu menjadi indikasi bahwa mereka siap melanjutkan pembicaraan dengan AS. Pembahasan denuklirisasi antara Korut dan AS memang terhenti setelah Presiden AS Donald Trump membatalkan kunjungannya ke negara tersebut.

Moon menilai, dialog antara Korut dan AS memiliki peran penting untuk proses denuklirisasi Semenanjung Korea. “Saya berharap pembicaraan antara Korut dan AS segera dilanjutkan,” ujarnya.

Sebelumnya Moon dan Kim telah bertemu di KTT Antar-Korea yang digelar di Panmunjeom pada 27 April. Pada momen itu,  kedua pemimpin yang baru pertama kali bertemu, menandatangani Panmunjeom Declaration for Peace, Prosperity, and the Unification of the Korean.

Dalam deklarasi tersebut, Kim dan Moon berbagi komitmen tegas untuk mengakhiri segala perpecahan dan konfrontasi yang telah berlangsung sejak berakhirnya Perang Korea pada 1953.

Perang itu memang diakhiri dengan gencatan senjata tanpa kesepakatan damai antara kedua negara. Sebagai gantinya, Korut dan Korsel bertekad untuk memasuki era baru rekonsiliasi nasional, perdamaian, dan kemakmuran serta memupuk hubungan antar-Korea secara lebih aktif.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement