REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyelenggaraan tahunan Trade Expo Indonesia (TEI) ke-33 dilaksanakan pada 24 sampai 28 Oktober 2018 akan menampilkan produk kelapa sawit sebagai komoditas unggulan. Tujuannya, untuk mengurangi dan menghilangkan kampanye negatif terkait sawit, terutama yang terkait dengan dampak ke lingkungan.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Arlinda mengatakan, tujuan tersebut akan ditampilkan melalui edukasi dan promosi ekshibitor kepada para buyer dan pengunjung yang hadir. "Akan ditampilkan gestur kepada dunia bahwa produksi sawit kita berkelanjutan," kata dia, dalam konferensi pers di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Rabu (19/9).
Selain itu, produk perikanan juga akan ditonjolkan melalui kerja sama dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Berkaca dari tahun lalu, produk batu bara, kopi, minyak esensial dan makanan serta minuman yang menjadi unggulan tidak luput ditampilkan dalam TEI.
Pengunjung melihat produk yang dipamerkan dalam Trade Expo Indonesia (TEI) ke-29 di Jakarta, Rabu (8/10). (Republika/ Yasin Habibi)
Dengan menampilkan komoditas unggulan ini, Arlinda berharap TEI tahun ini bisa mendatangkan transaksi 1,5 miliar dolar AS. Ia optimistis target ini tercapai dengan sudah ditandatanganinya Letter of Agreement (LoA) antara perusahaan IT Cina dengan Indonesia senilai 500 juta dolar AS.
"Implementasi MoU-nya nanti dilaksanakan saat TEI," ucapnya.
Mengangkat tema Creating Products for Global Opportunities, TEI diharapkan bisa menjadi platform Indonesia untuk deklarasi diri sebagai penghasil produk berdaya saing. Acara ini juga ditargetkan mampu memfasilitasi pengusaha berorientasi ekspor untuk bekerja sama dan mengembangkan produk di kancah perdagangan global.
Tujuan mengurangi kampanye negatif terhadap kelapa sawit semakin diyakini tercapai dengan keterlibatan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sebagai sponsor utama. Lembaga ini memberikan sponsor senilai Rp 1 miliar untuk pelaksanaan TEI.
Direktur Kemitraan BPDPKS Tulus Budhianto menjelaskan, pihaknya juga akan membangun booth yang menunjukkan pengelolaan sawit Indonesia. Tidak hanya BPDPKS, pelaku industri kelapa sawit juga terlibat sebagai public relation untuk mengenalkan keunggulan produk sawit. "Kami sifatnya tidak memaksa. Kami hanya ingin tampilkan ke pengunjung bahwa pengelolaan sawit kami berkelanjutan," tuturnya.
Dalam TEI, Tulus menambahkan, pelaku industri kelapa sawit menargetkan adanya diversifikasi produk dan pasar. Di antaranya biodiesel untuk pasar Cina dan pasar Asia Selatan yang juga memiliki potensi besar.