Kamis 20 Sep 2018 16:54 WIB

Din Syamsuddin Berdialog dengan Tokoh Lintas Agama Afsel

Din menjelaskan Pancasila jadi dasar relasi hubungan antarumat beragama di Indonesia.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Andi Nur Aminah
Utusan Khusus Presiden Untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban Din Syamsuddin memberikan paparan saat jumpa pers The 7th World Peace Forum di Jakarta, Senin (13/8).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Utusan Khusus Presiden Untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban Din Syamsuddin memberikan paparan saat jumpa pers The 7th World Peace Forum di Jakarta, Senin (13/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP), Din Syamsuddin berdialog dengan tokoh lintas agama dan tokoh adat di Cape Town, Afrika Selatan Senin (17/9). Dialog tersebut dalam rangka mengembangkan kerja sama antaragama ke luar negeri dengan mempromosikan kerukunan antaragama di Indonesia.

Dialog yang diinisiasi Muslim Judicial Council (MJC) tersebut dihadiri sekitar 50 orang tokoh Muslim, Kristen, Katolik, Buddha dan aktivis lembaga swadaya masyarakat di bidang lintas agama. Saat menyampaikan pidato kunci, Din menjelaskan, Pancasila menjadi dasar relasi hubungan antarumat beragama di Indonesia.

Dia menegaskan, prinsip Bhineka Tunggal Ika merupakan perekat bangsa Indonesia yang majemuk. "Prinsip unity in diversity, berbeda-beda tetapi satu jua menjadi pondasi kerukunan di Indonesia," kata Din melalui keterangan tertulis kepada Republika.co.id, Kamis (20/9).

Menurutnya, perlu ada kerja sama yang konkret antara masyarakat Afrika Selatan dan Indonesia. Kerja sama yang sangat mungkin dikembangkan ada di bidang pendidikan dan keagamaan. Dia berpandangan, Pemerintah Indonesia sangat mungkin untuk membantu membangun dan mengembangkan institusi pendidikan Islam di Afrika Selatan. Selain itu, pada bidang sertifikasi halal juga sangat mungkin dijalin kerja sama antara Indonesia dan Afrika Selatan.

Presiden MJC, Syekh Irafaan Abrahams menyambut baik gagasan kerja sama antara Indonesia dan Afrika Selatan. Dia juga menilai Indonesia merupakan contoh yang tepat bagi dunia dalam bidang kerukunan antaragama.

Syekh Irafaan juga mengapresiasi upaya Indonesia mempromosikan wasatiyat Islam (Islam yang moderat) dan prinsip jalan tengah (middle path) kepada dunia. "Terima kasih kepada Indonesia melalui Prof Din Syamsuddin yang telah menyebarluaskan nilai-nilai Islam yang moderat, sebagai rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh dunia dan umat manusia," ujar Syekh Irafaan.

Dialog tersebut juga dihadiri Uskup Templeton dari Interfaith Community, Uskup Motsolo dari Penganut Ajaran Tradisional dan Maulana Abdul Khaliq Allie. Serta Syekh Riyad Fataar, anggota Parlemen Afsel Shahid Esau, Sejarawan Ebrahiem Rhoda, Ihsaan Taliep dan sejumlah kalangan bisnis dan komunitas adat di Cape Town.

Dalam kunjungannya ke Afrika Selatan, Din juga mengunjungi Makam Syekh Ismail Dea Malela (ulama asal Sumbawa) di Simon’s Town. Din juga mengunjungi Makam Syekh Yusuf (ulama asal Makassar) di distrik Macassar Cape Town.

Din menyampaikan tawaran untuk berkunjung dan belajar di Indonesia. Kemudian menawarkan beasiswa dari Pesantren Modern Internasional Dea Malela di Pamangong, Sumbawa kepada umat Islam di Afrika Selatan. Terutama kepada umat Islam di Afrika Selatan yang memiliki garis keturunan dari ulama Nusantara.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement