REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) menyebut Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang berencana menggelar lokakarya merealisasika wacana pembentukan fakultas haji dan umrah untuk Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). “Sekarang sedang dirancang untuk ada seminar atau lokakarya tentang itu, digagas oleh UIN di Semarang,” kata Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Kemenag Mastuki kepada Republika.co.id Kamis (20/9).
Ia menjelaskan secara khusus lokakarya itu akan membahas pembentukan fakultas haji dan umrah. Selain itu, ada pembahasan regulasi, persyaratan sumber daya manusia (SDM), kurikulum, silabus, dan lain-lain.
Namun, Mastuki belum mendapat tanggal pasti pelaksanaan lokakarya tersebut. Ia berharap lokakarya bisa berlangsung maksimal pada Desember tahun ini. “Semoga sampai Desember, teman-teman sudah melaksanakan itu, dan bisa terlaksana,” ujar dia.
Mastuki mengatakan pemerintah tidak memasang target untuk merealisasikan wacana tersebut. Saat ini, ia mengatakan, perlu pembahasan lebih lanjut yang melibatkan banyak pihak dalam menyusun berbagai hal. “Makanya, harus melibatkan pakar, praktisi, dan orang yang selama ini konsen di bidang penyelengaraan haji dan umrah,” kata Mastuki.
Terkait keberadaan fakultas haji dan umrah di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Mastuki mengatakan belum ada satupun negara yang memilikinya. Sebab, ia mengatakan, selama ini penyelenggaraan ibadah haji paling rumit hanya dialami Indonesia. Hal itu tidak lain karena besarnya jumlah jamaah haji yang berangkat ke Tanah Suci setiap tahun.
Mastuki mengatakan pemerintah berharap keberadaan fakutas haji dan umrah bisa mendukung penyelenggaraan haji dan umrah menjadi program nasional. Sehingga, adanya dukungan SDM yang terdidik, dapat membantu tugas-tugas nasional, seperti, kesehatan, perlindungan, keuangan, dan lain-lain.
“Akan semakin banyak lahir profesi dari perguruan tinggi yang dididik secara khusus. Selama ini kan belum ada. Jadi penyelenggaraan ibadah haji hanya berdasarkan pengalaman saja, bukan pendidikan khsuus,” tutur dia.