REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP), Prof Din Syamsuddin mengatakan perlu ada kerja sama yang konkret antara masyarakat Indonesia dan Afrika Selatan di bidang pendidikan dan keagamaan. Dalam siaran pers di Jakarta, Din menyebutkan hal itu disampaikannya berdialog dengan tokoh lintas agama dan tokoh adat Afrika Selatan di Cape Town, Senin (17/9).
"Saya melihat, pemerintah Indonesia sangat mungkin membantu membangun dan mengembangkan institusi pendidikan Islam di Afrika Selatan ini. Selain itu, di bidang sertifikasi halal juga sangat mungkin dijalin kerja sama," ujar Din, Kamis (20/9).
Din juga menjelaskan, Pancasila menjadi dasar relasi hubungan antar umat beragama di Indonesia. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika merupakan perekat bangsa Indonesia yang majemuk.
"Prinsip berbeda-beda tetapi satu jua menjadi fondasi kerukunan di Indonesia," kata dia.
Presiden Muslim Judicial Council MJC, Syekh Irafaan Abrahams menyambut baik gagasan kerja sama antara Indonesia dan Afrika Selatan. Dia menilai Indonesia merupakan contoh yang tepat bagi dunia dalam bidang kerukunan antaragama.
Selain itu, Syekh Irafaan mengapresiasi upaya Indonesia mempromosikan wasatiyat Islam (Islam yang moderat) dan prinsip jalan tengah kepada dunia. Dalam kunjungannya ke Afrika Selatan, Din Syamsuddin juga mengunjungi Makam Syekh Ismail Dea Malela (ulama asal Sumbawa, NTB) di Simon's Town dan Makam Syekh Yusuf (ulama asal Makassar) di distrik Macassar Cape Town.
Din juga menyampaikan tawaran berkunjung dan belajar di Indonesia, serta tawaran beasiswa dari Pesantren Modern Internasional Dea Malela di Pamangong, Sumbawa, NTB kepada umat Islam di Afrika Selatan. Beasiswa ini terutama untuk yang memiliki garis keturunan dari ulama nusantara.
Dialog yang diinisiasi oleh Muslim Judicial Council (MJC) tersebut dihadiri sekitar 50 orang tokoh Muslim, Kristen, Katolik, Buddha, dan aktivis lembaga swadaya masyarakat di bidang lintas agama. Mereka yang hadir antara lain Uskup Templeton dari Interfaith Community, Uskup Motsolo dari Penganut Ajaran Tradisional, Maulana Abdul Khaliq Allie, Syekh Riyad Fataar, anggota Parlemen Afsel Shahid Esau, Sejarawan Prof Ebrahiem Rhoda, Ihsaan Taliep dan sejumlah kalangan bisnis, dan komunitas adat di Cape Town.