REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) meningkatkan kualitas peranan perempuan dalam pembangunan dan kehidupan masyarakat sehari-hari melalui program Sekolah Ibu. Ini dilakukan untuk mengingat pentingnya pendidikan bagi perempuan.
Mengingat pentingnya sekolah ibu itu, Gubernur Jawa Barat M. Ridwan Kamil dalam siaran pers yang diterima di Bandung, Jumat (21/9), menginstruksikan para bupati dan wali kota untuk mendukung pembangunan sekolah perempuan itu. Emil, sapaan akrab Gubernur Ridwan Kamil, menyebutkan bahwa program tersebut sebagai bentuk upaya perlindungan perempuan melalui edukasi.
Dia mengatakan para ibu rumah tangga nantinya akan mengikuti sekolah tersebut selama dua sampai tiga bulan, sedangkan kurikulum yang akan digunakan masih dalam tahap pembahasan. Emil mengatakan program tersebut menjadi salah satu langkah menyukseskan semangat "Jabar Juara Lahir dan Batin".
"Pak Bupati, Pak Wali Kota, tolong dirikan sekolah perempuan, sekolah untuk ibu-ibu rumah tangga, selama dua sampai tiga bulan untuk menguatkan kekuatan keluarga, nilai-nilai ekonomi, dan kekuatan melindungi anak-anaknya," katanya pada acara Pelantikan Ketua TP PKK dan Ketua Dekranasda Kabupaten dan Kota, di Aula Barat Gedung Sate Bandung, Kamis (20/9) lalu.
Suatu hari, menurutnya, keberhasilan ini akan menjadi panen dari sebuah semangat 'Jabar Juara Lahir dan Batin".
Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya memaparkan program itu berawal dari keprihatinannya akan banyaknya para ibu yang putus sekolah. Ia mengemukakan ilmu yang paling tinggi adalah ilmu yang didapat dari orang tua sendiri, seperti tatakrama, sopan santun, nilai-nilai kejujuran, hingga keterampilan lainnya.
Selain itu, Atalia juga mengatakan bahwa para ibu cenderung kebingungan mengisi waktu luang mereka setelah mengantar anak mereka ke sekolah. Atalia mengharapkan sekolah ibu menjadi solusi dalam mengisi waktu secara berkualitas dengan membangun kualitas perempuan Jabar.
"Awal ide ini adalah bagaimana saya melihat banyak sekali para ibu yang putus sekolah, dan mereka nampaknya belum cukup mumpuni dalam membangun keluarga dimulai dari rumah sendiri," kata Atalia.
Ia mengemukakan tentang pentingnya para ibu rumah tangga terus belajar. "Kami kira ada baiknya para ibu rumah tangga ini belajar kembali terkait dengan ketahanan keluarga, bagaimana pembangunan perekonomian untuk mandiri, dan lain sebagainya. Kami sudah memiliki berbagai masukan, dan saya kira ini bisa dilakukan," katanya.
Disinggung terkait dengan target untuk proyek percontohan atas pelaksanaan program, pihaknya akan menjadikan daerah terpencil di pedesaan sebagai target utama. Hal itu, kata dia, karena perempuan di perkotaan dinilai sudah cukup mumpuni, terlihat dari seringnya perempuan di perkotaan berkumpul untuk saling berbagi.
"Kita akan coba justru di daerah-daerah yang terpencil, karena itu yang paling membutuhkan. Kalau di kota-kota besar itu nampaknya sudah mumpuni, bahkan mereka ketika berkumpul pun banyak sekali saling berbagi, sharing, dan lain sebagainya. Tapi di pedesaan itu menjadi target utama kami," ujar Atalia.