Jumat 21 Sep 2018 19:49 WIB

Rembug KTNA Diharap Beri Solusi Kesejahteraan Petani

KTNA harus fokus bicara kesejahteraan petani dan cita-cita swasembada pangan.

Rep: Agus Raharjo/ Red: Angga Indrawan
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kementan Momom Rusmono bersama Wagub Bangka Belitung membuka expo KNTA IV di Tanjung Pinang, Jumat (21/9). Expo KNTA IV termasuk dalam rangkaian kegiatan Rembuk KNTA ke-47.
Foto: humas kementan
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kementan Momom Rusmono bersama Wagub Bangka Belitung membuka expo KNTA IV di Tanjung Pinang, Jumat (21/9). Expo KNTA IV termasuk dalam rangkaian kegiatan Rembuk KNTA ke-47.

REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNG PINANG — Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) menggelar rembug nasional ke-47 di Tanjung Pinang, Provinsi Bangka Belitung, Jumat (21/9). Ada sejumlah permasalahan yang akan dibahas dalam pertemuan tokoh tani dan nelayan tingkat nasional kali ini. Terutama soal kesejahteraan petani dan cita-cita swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Pertanian Momon Rusmono menuturkan, ada sejumlah tantangan dan persoalan yang saat ini dihadapi petani. Yakni, terkait kesejahteraan petani dan pembangunan penyediaan pangan. Menurutnya, tantangan menjadi lebih berat karena sejumlah persoalan baru menjadi penghambat untuk menyelesaikan persoalan utama.

Kementerian Pertanian mencatat, masalah perubahan iklim yang memengaruhi siklus tanam, hingga fluktuasi harga produk pertanian yang kini dipengaruhi kondisi global membuat kelompok tani tak mudah untuk mewujudkan kesejahteraan petani. Momon mengatakan, KTNA harus tetap menjadi jejaring kelompok tani untuk mewujudkan kesejahteraan kelompok profesi mereka. 

“Saya berharap KTNA bisa merumuskan dan memberi masukan kepada pemerintah dalam hal ini bukan hanya Kementan, tetapi instansi terkait, sehingga kesejahteraan petani dan swasembada pangan tercapai,” tutur Momon usai membuka Rembug KTNA di Tanjung Pinang, Jumat (21/9).

Momon menambahkan, salah satu hal yang patut menjadi perhatian secara riil di lapangan adalah bagaimana mengefisiensi produksi. Ia mencontohkan, salah satu yang perlu diwaspadai di Provinsi Bangka Belitung adalah soal petani karet. Menurutnya, sejak lima tahun terakhir harga karet memang kurang menjanjikan. Petani karet di Belitung harus mulai mencari alternatif lain untuk ditanam sebagai pengganti karet.

“Ini untuk karet saja ya, mau tidak mau, petani harus mulai melihat tanaman lain yang lebih menguntungkan,” ujarnya.

Namun, Momon menggarisbawahi bahwa jejaring petani dan nelayan seperti yang dibangun KTNA harus terus dirawat. Sebab, tujuan besar untuk kesejahteraan petani dan swasembada pangan belum tercapai. “Wajib hukumnya terus menerus kita tumbuhkan jejaring petani,” tegas dia.

Sementara itu, Ketua Umum KNTA Winarno Tohir menuturkan, sejak berdirinya jejaring kelompok petani dan nelayan, pasang surut nasib petani memang belum bisa diselesaikan. 

Menurutnya, KNTA akan berupaya untuk terus menjadi pendorong swasembada pangan nasional. Namun, ia juga meminta pemerintah memperhatikan kondisi petani yang justru sering dirugikan dengan kebijakan pemerintah sendiri. Misalnya terkait kebijakan impor beras yang dilakukan Kementerian Perdagangan. 

Winarno mengapresiasi sikap Kementan dan Bulog yang dinilainya masih membela dan memperjuangkan kesejahteraan petani. Secara khusus, KNTA menyebut Direktur Utama Bulog Budi Waseso sebagai satu-satunya yang berdiri membela kepentingan petani dari serangan impor beras. 

“Beliau satu-satunya yang menentang impor beras. Terima kasih Pak Buwas dan Bulog,” tegas Winarno. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement