REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Presiden Vietnam Tran Dai Quang meninggal pada hari Jumat (21/9) karena sakit. Ia merupakan salah satu dari tiga pemimpin teratas negara itu, namun dengan sebagian besar tugas hanya seremonial.
Dilaporkan oleh media pemerintah, Quang yang berusia 61 tahun meninggal di sebuah rumah sakit militer di Hanoi karena penyakit serius. Para dokter dan profesor dalam dan luar negeri telah berusaha untuk menyelamatkan Quang.
Vietnam tidak memiliki penguasa penting dan secara resmi dipimpin oleh presiden, perdana menteri dan ketua Partai Komunis. Para ahli mengatakan bahwa kepresidenan sebagian besar bersifat seremonial.
Quang ditunjuk sebagai presiden pada April 2016. Sebelum itu, ia menjabat sebagai Menteri Keamanan Publik, sebuah organisasi dengan kekuatan yang luas dan wewenang yang mencakup pengumpulan intelijen dan menggagalkan ancaman domestik dan asing terhadap partai.
Berasal dari komunitas pertanian kecil 115 km selatan Hanoi, Quang naik melalui peringkat partai untuk menjadi seorang jenderal polisi dan anggota pengambilan keputusan yang kuat di Vietnam, Politbiro. "Kami sedih mendengar berita bahwa presiden telah meninggal," kata Bui Duc Phi, ketua desa tempat Quang dilahirkan, seperti dikutip Reuters.
Rumor penyakit Quang telah beredar di media sosial selama berbulan-bulan. Pada salah satu penampilan terakhirnya, saat kunjungan Presiden Indonesia Joko Widodo ke Hanoi pada 11 September, Quang tampak tidak sehat dan tersandung ketika dia melangkah ke panggung untuk mengecek barisan tentara yang menyambut tamu kehormatan.
Surat kabar milik negara, Vietnam News mengatakan Quang menyelenggarakan resepsi untuk ketua Mahkamah Agung Tiongkok di Hanoi pada hari Rabu.