REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Bandar Udara Internasional (Airport Council International/ACI) memilih Bandara Adi Sumarmo, Solo, Jawa Tengah, sebagai salah satu proyek percontohan untuk pengembangan bandara ramah lingkungan di dunia. Tim ACI telah meninjau Bandara Adi Sumarmo pada akhir Agustus untuk menjadikan bandara tersebut sebagai proyek percontohan program Airport Excellence (APEX).
ACI, organisasi terkemuka yang mengatur mengenai bandara di dunia, sebelumnya hanya memiliki standardisasi praktik terbaik melalui APEX untuk bidang keamanan dan keselamatan. Pada 2018, ACI sedang menyusun APEX untuk program lingkungan dan memilih Bandara Adi Sumarmo sebagai proyek percontohan pertama di Asia Pasifik, dan kedua di dunia selain bandara di Ekuador.
"Saat ACI datang ke Solo, kami selayaknya mendapatkan konsultasi. Apa yang belum kami terapkan dan apa yang sudah kami terapkan. Apa juga sudah 'advance' (lebih dulu) kami terapkan. ACI juga mendapat masukan dari pengembangan Bandara Adi Sumarno," kata Direktur Pelayanan dan Pemasaran PT Angkasa Pura I Devi W Suradji di kantor ACI Asia Pasific, Hong Kong, Jumat.
Baca juga: Bandara Ngurah Rai Raih Penghargaan Terbaik Dunia
Saat ini, AP I sedang menunggu hasil lengkap rekomendasi dari ACI untuk pengembangan bandara ramah lingkungan. Evaluasi sudah dijalankan selama tujuh hari.
"Kami sedang menunggu rekomendasi dari mereka," jelas Devi.
Devi menuturkan upaya pengembangan bandara menjadi infrastruktur yang ramah lingkingan sedang menjadi topik utama industri penerbangan dunia. Ia menjelaskan tidak mudah untuk menerapkan bandara yang ramah lingkungan.
Salah satu hal yang paling mendasar adalah karena bahan bakar pesawat yang menggunakan avtur. Bahan bakar ini memiliki kandungan karbon yang tinggi.
Meski demikian, pengembangan bandara menjadi lokasi yang ramah lingkungan harus terus dilakukan. AP I yang mengelola 13 bandara di kawasan tengah dan timur Indonesia juga berencana untuk mengembangkan prinsip ramah lingkungan dalam pembangunan dan pengembangan bandara.
Di dunia, berbagai otoritas sedang menyusun solusi untuk menangani dampak buruk kegiatan bandara pada lingkungan, seperti emisi karbon yang tinggi, polusi suara hingga sampah dan air. "Bandara yang nampak bersih belum tentu ramah lingkungan, bandara yang nampak hijau juga belum tentu berkelanjutan (suistanable)," ujar Devi.
AP I juga berjanji akan lebih aktif di dalam Komite Lingkungan ACI agar mampu turut menyusun kebijakan mengenai bandara yang ramah lingkungan.
Kepala Bidang Teknik dan Industri ACI Asia Pasifik S.L Wong, dalam pertemuan dengan para jurnalis, menekankan mengenai pentingnya penyelenggaraan bandara yang mampu mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan.
"Untuk menerapkan bandara ramah lingkungan dapat diupayakan dengan pengurangan emisi karbon dengan memanfaatkan energi ramah lingkungan dan terbarukan, dan pengelolaan tumbuhan di sekitar bandara," ujar Wong.