REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Stasiun Klimatologi Provinsi Riau menyatakan Kota Pekanbaru mengalami hari tanpa bayangan Sabtu (22/9) sekitar pukul 12.07 WIB. Hari tanpa bayangan terjadi karena pengaruh kulminasi atau fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit.
"Hari tanpa bayangan terjadi pada pukul 12.07 WIB untuk Kota Pekanbaru dan sekitarnya," kata Staf Analisis Stasiun Klimatologi Provinsi Riau, Ardhitama.
Pada saat fenomena kulminasi, matahari tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit. Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat menghilang karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. Karena itu, hari kulminasi utama dikenal juga sebagai hari tanpa bayangan.
Hal ini terjadi karena bidang ekuator bumi atau bidang rotasi bumi tidak tepat berhimpit dengan bidang ekliptika atau bidang revolusi bumi. Sehingga posisi matahari dari bumi akan terlihat terus berubah sepanjang tahun antara 23,5 LU sampai dengan 23,5 LS.
Pada 2018, matahari tepat berada di khatulistiwa pada 20 Maret 2018 pukul 23.15 WIB dan 23 September pukul 08.54 WIB. Provinsi Riau akan mengalami fenomena ini karena secara geografis terletak tepat di garis khatulistiwa.
Mengingat posisi Indonesia yang berada di sekitar ekuator, kulminasi utama di wilayah Indonesia akan terjadi dua kali dalam setahun. Waktunya tidak jauh dari saat matahari berada di khatulistiwa.
Kultimasi utama terjadi saat deklinasi matahari sama dengan lintang kota tersebut, sehingga waktunya tiap kota bisa berbeda-beda.
Setelah Kota Pekanbaru, kulminasi akan terjadi juga di Kota Padang pada 25 September 2018, pukul 12.10 WIB, Jambi pada 27 September pukul 11.56 WIB, Pangkal Piang pada 28 September pukul 11.46 WIB, Bengkulu 3 Oktober pada pukul 12.00 WIB, Palembang pada 1 Oktober pukul 11.50 WIB, dan Bandar Lampung pada 7 Oktober pukul 11.46 WIB.