REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan akan menerima mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, pada Senin (24/9). Pertemuan itu terkait pengunduran diri Din sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan peradaban.
"Saya juga belum terima beliau. Saya kira hari Senin saya baru terima beliau ya," kata Presiden ditemui di Balai Sidang Jakarta pada Sabtu (22/9).
Menurut Jokowi, dirinya juga belum menerima surat pengunduran diri Din sebagai Utusan Khusus Presiden. Sebelumnya, Din Syamsuddin mengundurkan diri dari jabatannya sebagai utusan khusus presiden tersebut. Din mengatakan telah mengirimkan surat pengunduran diri kepada Presiden Jokowi pada Jumat (21/9).
"Memang benar kemarin 21 September 2018 saya mengundurkan diri mengirim surat kepada presiden untuk pamit mengundurkan diri dari jabatan sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antar Agama dan Peradaban," ujar Din saat dihubungi Republika.co id, Sabtu (22/9).
Menurut Din, pengunduran dirinya terkait Presiden Jokowi telah resmi ditetapkan Komisi Pemilihan Umun (KPU) sebagai calon presiden pada Pilpres 2019. Sebab, prinsip Muhammadiyah yang pernah Din pimpin tidak terlibat dalam politik praktis. Ia pun mengatakan, saat ini masih menjabat Ketua Pimpinan Rating di Muhammadiyah.
"Alasan pengunduran diri ini lebih terkait dengan prinsip Muhammadiyah yang pernah saya pimpin dan sekarang pun masih menjadi ketua pimpinan rating yang tidak terlibat dalam politik kekuasaaan," kata dia.
Din mengatakan, jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden dianggap berkonotasi kuat dan melekat dengan Jokowi. Sehingga, menurut dia, nanti publik bisa menganggap ia sebagai pendukung, sedangkan Muhammadiyah tidak terlibat dalam politik praktis. Ia juga menambahkan, tugas dia sebagai utusan khusus sudah tidak kondusif saat ini.
"Dengan definitifnya Presiden Jokowi sebagai capres dan saya sebagai utusan khusus pelaksanaan tugas-tugas saya di dalam negeri khususnya untuj mengembangkan dialog, kerja sama antar agama itu tidak kondusif lagi karena masyarakat termasuk umat islam itu sudah terbelah," ujar Din.
Ia mengatakan, akan menjadi penengah dan mengembangkan pendekatan wasathiyyah (jalan tengah yang adil). Sehingga, lanjut Din, lebih bijak jika tidak terkait dengan salah satu pasangan capres cawapres dalam kontestasi Pilpres 2019 mendatang. Akan tetapi, hal itu bukan berarti ia tidak menentukan pilihannya kepada salah satu pasangan calon. Ia tidak ingin menyatakan dukungannya kepada publik.