Sabtu 22 Sep 2018 20:21 WIB

Proposal Perdamaian Indonesia Miliki Daya Tawar

Proposal perdamaian yang ditawarkan Indonesia tidak berbasis primordial

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko
Peta Indonesia
Foto: wikipedia
Peta Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Timur Tengah Universitas Indonesia (UI), Abdul Muta'ali, berpendapat proposal perdamaian Indonesia untuk dunia relatif lebih mempunyai daya tawar lebih maju dibandingkan negara Timur Tengah atau Barat.

Penyebabnya karena di Indonesia sumber kekuasaan tidak terpusat di pemerintahan saja. Artinya, dalam mengelola kekuasaan dan keuangan, dapat berbagi dengan yang lainnya, seperti organisasi masyarakat dan filantropi.

Kondisi ini, kata Muta'ali, berbeda dengan negara-negara Timur Tengah yang terpusat di pemerintah.Semuanya terjadi sentralisasi kekuasaan dan keuangan. Ketika terjadi revolusi, rakyat menuntut tidak ada apa- apa. Karena keuangan ada di pusat sehingga pusat itu menjadi target. Ini yang sampai saat ini di Timur Tengah gak selesai karena head to headrakyat dengan elite,ujar dia.

Tak hanya itu, dia menegaskan, proposal perdamaian yang ditawarkan Indonesia tidak berbasis primordial ideologis, tapi berbasis humanity. Sedangkan, Timur Tengah kebalikan dari Indonesia, yaitu primordial ideologis. Langkah yang diambil oleh Indonesia tersebut, menurut Muta'ali, sudah tepat agar bisa diterima oleh dunia internasional.

Dia menjelaskan, Islam wasathiyah yang terus didengungkan perlu diperkuat lagi. Harapannya dapat memengaruhi dunia internasional. Menurut dia, penerapan Islam wasathiyah harus tidak hanya kuat keluar, tetapi juga di dalam agar lebih kuat memberikan pengaruh ke dunia internasional.

Momen pemilihan presiden, kata Muta'ali, adalah waktu tepat untuk membuktikan apakah Indo nesia mampu menjalankan Islam wasathiyah. Islam moderat, tasamuh, toleransi harus tidak kalah oleh kepentingan lima tahunan yaitu pemilihan presiden. Ketika ini kokoh maka proposal perdamaian keluar itu akan semakin kuat,kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement