REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing menilai, ketua tim pemenangan adalah garda terdepan dalam menangkal hoaks dan ujaran kebencian, dalam kampanye pilpres 2019. Emrus mengingatkan, para juru kampanye (jurkam) tidak saling menyerang saat kampanye.
"Saya pikir yang paling utama adalah tim sukses, utamanya ketua tim sukses dan juga para paslon yang harusnya memperhatikan ini," kata Emrus, Ahad (23/9).
Menurutnya ketika pihak tertentu menyebarkan hoaks, maka masing-masing ketua tim pemenangan harus maju untuk memberika tanggapan mengenai hal itu. Pun ia menyakini deklarasi damai yang digelar kedua paslon, turut menolak segala bentuk hoaks dan ujaran kebencian, serta bentuk lainnya yang sifatnya memecah belah persatuan.
Emrus menyarankan, masing-masing paslon bisa turut mengklarifikasi hoaks yang mengarah pada lawan politiknya. Hal itu sebagai upaya terus mengeliminasi hoaks dan ujaran kebencian yang membumbui masa kampanye. "Misalnya paslon A yang diserang hoaks itu, paslon B yang diuntungkan atau tidak diuntungkan, ikut menolak itu,” ujar dia.
Emrus mengapresiasi pidato singkat yang menyampaikan pesan damai dari kedua paslon usai mengambil nomor undian. Ia berharap pesan damai tersebut terus disampaikan selama masa kampanye berlangsung hingga April 2019. Dengan demikian, hoaks dan ujaran kebencian tidak berengaruh apapun.
"Sehingga kampanye fokus ke program. Jangan sampai sesama jurkam (juru kampanye) saling menyerang tak produktif," kata Emrus.
Ia juga meminta masyarakat kritis dengan argumentasi yang dibangun kedua paslon. Sehingga, bisa menjadi masukan siapa paslon yang akan dipilih saat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang.