REPUBLIKA.CO.ID, CHANGZHOU -- Pemain tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting menunjukkan kelasnya selama turnamen China Open 2018 Super 1000. Sejak babak pertama hingga final, Ginting menumbangkan para juara dunia.
Di babak pertama, Ginting sudah menemui lawan berat yaitu legenda Cina, Lin Dan yang merupakan pemegang lima kali gelar juara dunia yaitu pada 2006, 2007, 2009, 2011, dan 2013. Ginting mampu mengalahkan Lin Dan dalam permainan yang menawan, 22-24, 21-5 dan 21-19.
Ginting sudah ditunggu lawan berat lainnya di babak kedua yaitu unggulan pertama dari Denmark, Viktor Axelsen. Melawan Juara Dunia 2017 ini, lagi-lagi Ginting tak gentar. Ia memenangkan pertandingan dengan dua gim saja, 21-18 dan 21-17.
Di perempat final, Ginting kembali menemui lawan berat yaitu Chen Long yang menjadi unggulan keenam di turnamen ini. Chen Long merupakan peraih gelar juara dunia pada 2015 dan 2016 sekaligus peraih medali emas Olimpiade 2016.
Ginting tampil tenang dan membukukan kemenangan kelimanya melawan Chen Long dengan 18-21, 22-20 dan 21-16. Rekor pertemuan kedua pemain menjadi 5-2 untuk keunggulan Ginting.
Di semifinal, Ginting menghadapi pemain unggulan lima dari Cina Taipei, Chou Tien Chen. Ginting mampu membalaskan kekalahannya di semifinal Asian Games 2018 lalu dengan mengalahkan Chou, 12-21, 21-17 dan 21-15.
Di partai puncak, Ginting menghadapi pemain Jepang yang melakukan aksi comeback yang memukau usai hukuman akibat kasus judi ilegal di negaranya, Kento Momota, Ahad (23/9). Pertandingan yang membuat decak kagum para penonton diperlihatkan kedua pemain.
Sempat ketat hingga 4-4, Kento sempat unggul dengan 4-6. Ginting menyusul lagi dengan 8-6 dan 10-8. Ginting melakukan kesalahan sendiri dan Kento unggul dengan 10-11 di paruh gim.
Keunggulan Kento terus dipertahankan hingga 14-19. Namun ketenangan dan kematangan mental diperlihatkan Ginting. Ia mampu mencuri enam angka beruntun dan menyentuh game point lebih dulu dengan 20-19.
Pukulan tipis Ginting yang menyangkut di net membuat kedudukan terpaksa deuce, 20-20. Kento mampu berbalik game point dengan 20-21. Ginting yang berani memaksakan pukulan-pukulan tipis di depan net menyulitkan Kento. Ginting mencuri tiga angka beruntun dan meraih gim pertama dengan 23-21.
Di gim kedua, Kento memaksakan untuk memulai serangan lebih dulu. Kento juga langsung unggul dalam perolehan angka dengan 3-6, 5-8 dan 8-11. Perolehan Kento sempat menjauh dengan 8-13, 10-15 dan 12-16.
Lagi-lagi, Ginting memperlihatkan ketenangan dan kematangannya. Ginting mempercepat tempo permainan dan kembali menempel ketat perolehan angka dengan 16-16, 17-17, 18-18 dan 19-19. Ginting menyempurnakan langkahnya dengan meraih dua angka penentu untuk memastikan kemenangannya dengan 21-19.
Gelar juara ini merupakan yang kedua kalinya untuk Ginting di tahun ini setelah menjuarai Indonesia Masters 2018. Sedangkan pada 2017, Ginting juga meraih gelar juara di turnamen Korea Open Super Series 2017.
Dengan menjadi juara di turnamen kelas Super 1000 ini, Ginting diperkirakan akan melonjak enam peringkat masuk ke dalam jajaran 10 besar dunia yaitu peringkat 7 dunia. Sedangkan bagi Kento Momota, prestasi ini akan membuatnya menjadi pemain peringkat 1 dunia dan merupakan sejarah bagi dunia bulu tangkis Jepang. Selama ini belum pernah ada pemain Jepang yang bertengger di peringkat 1 dunia.
Gelar juara Ginting ini juga menghapus dahaga gelar juara tunggal putra di turnamen ini selama 15 tahun. Tiga pemain Indonesia yang menjuarai turnamen China Open yaitu Alan Budikusuma pada 1991, Hermawan Susanto pada 1992 dan Joko Suprianto pada 1993.