REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANSISCO -- Pameran busana Muslim kontemporer yang digelar di Museum de Young merupakan pameran besar pertama yang digelar untuk mengeksplore sifat kompleks dan ragam dari busana Muslim di seluruh dunia. Pameran ini diselenggarakan Museum Seni Rupa San Fransisco yang meneliti bagaimana wanita Muslim menjadi penentu gaya di dalam dan luar komunitas mereka serta menarik perhatian bagi kehidupan sehari-hari.
"Ada orang-orang yang percaya tidak ada fashion sama sekali di antara wanita Muslim. Tapi yang ada sebaliknya, dengan nuansa modern, semangat, dan luar biasa fashion itu muncul utamanya di negara dengan mayoritas Muslim," ujar mantan direktur dan CEO Museum Seni Rupa Fransisco Max Hollein dikutip di Art Daily, Senin (24/9).
Fashion Muslim kontemporer ini adalah eksplorasi yang seharusnya sudah lama dilakukan dan sangat dibutuhkan dari topik multifaset yang belum banyak di-explore oleh museum lainnya. Pameran ini juga menonjol dalam sejarah panjang pameran mode Museum Seni Rupa San Fransisco dan akan menjelaskan lebih banyak tentang pemahaman, kesalahpahaman, politik, sosial, dan budaya yang lebih besar.
Dengan menyoroti tempat, pakaian, dan gaya dari seluruh dunia, pameran ini fokus pada pakaian yang merespons interpretasi individu dan kolektif terhadap kesopanan. Pameran ini juga mempertimbangkan bagaimana wanita Muslim mendefinisikan diri mereka dan didefinisikan oleh pakaian yang mereka pakai.
Islam sendiri adalah agama multikultural, pakaiannya tidak hanya dibentuk oleh tradisi agama, tapi juga kebiasaan lokal dan tren global. Pameran Busana Muslim Kontemporer ini melihat bagian-bagian dunia di mana para perancang menciptakan pakaian dan konsumennya mengenakan pakaian yang sangat modis dengan fokus pada masyarakat Timur Tengah, Asia Tenggara, dan diaspora di Eropa dan Amerika Serikat.
"Mode yang terbaik adalah ketika keduanya bisa beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat dan mencerminkan arus bawah sosial dan politiknya. Saat ini adalah momen transformatif di mana kita sekarang menemukan mode sederhana," ucap kurator Jill D'Alessandro.
Sekitar 80 ensemble diambil dari para desainer yang mapan dan bermunculan dari segi fashion, streetwear, dan couture kelas atas. Pameran ini juga mencakup 40 foto yang mengaktualisasikan pakaian dalam sebuah tampilan.
Galeri-galeri pameran dirancang oleh Hariri & Hariri Architectute. Mereka mengeksplorasi interaksi antara yang terlihat dan yang tidak. Ide untuk pakaian yang tertutup, tetapi kontemporer dan modis.
Dalam beberapa tahun terakhir, ada peningkatan kesadaran konsumen Muslim sebagai segmen penting dari industri mode global. Dengan lebih dari 1,8 miliar orang Muslim tersebar di seluruh dunia, kompleksitas topik ini dinilai sangat luas dan bernuansa. Namun, di belahan bumi bagian Barat, Muslim sering dinilai monokromatik.
Pameran di Museum de Young ini akan tutup pada 6 Januari 2019. Namun, setelahnya akan digelar di Museum Frankfurt Angewandte Kunst.