Senin 24 Sep 2018 11:42 WIB

Angka Kematian Ibu di Yogyakarta Masih Tinggi

Pemkot Yogyakarta melakukan upaya-upaya untuk menurunkan angka kematian ibu.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Minimal lakukan 4 kali USG selama kehamilan agar insiden melahirkan mendadak tidak sampai terjadi.
Foto: ist
Minimal lakukan 4 kali USG selama kehamilan agar insiden melahirkan mendadak tidak sampai terjadi.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Yayasan Inisiatif Perubahan Akses menuju Sehat (Ipas) Indonesia memberikan dukungan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta. Utamanya, agar Pemkot Yogyakarta melakukan upaya-upaya untuk menurunkan angka kematian ibu di Kota Yogyakarta.

Ipas Indonesia berharap ada gerakan yang dilakukan demi meningkatkan kemampuan teknis tenaga medis dan kesadaran masyarakat. Dukungan Ipas ini turut disambut baik Pemkot Yogyakarta.

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi menilai, tidak mudah memberikan pengertian masyarakat pentingnya menjaga kehamilan yang sehat. Apalagi, banyak faktor pendukung kehamilan dan persalinan yang baik.

Artinya, tidak melulu soal kesiagaan tenaga medis dan alat-alatnya. Karenanya, ia berharap, kerja sama Pemkot Yogyakarta dan Ipas ini mampu menurunkan angka kematian ibu di Kota Yogyakarta secara signifikan.

"Kita mulai upaya bersama dengan tujuan meningkatkan kesadaran akan kesehatan reproduksi perempuan terintegrasi dalam rangka mendukung pembangunan di bidang kesehatan di Kota Yogyakarta," kata Heroe usai MoU Ipas dan Pemkot Yogyakarta.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Fita Yulia Kisworini mengatakan, pada 2016 lalu target kasus kematian ibu melahirkan tiap 100 ribu kelahiran hidup kurang dari 102 persen. Tapi, angka kematian ibu melahirkan justru tinggi.

Angkanya malah mencapai 104,14 persen. Selain angka kematian ibu melahirkan masih tinggi, angka kematian bayi dinilai masih cukup tinggi. Pada 2016, ada 30 kematian dari 3.841 kelahiran hidup di Yogyakarta.

"sebanyak 7,81 persen, padahal target yang ditetapkan 6,7 persen. Angka kematian bayi ini disebabkan banyak faktor, misalnya kondisi kesehatan ibu hamil, misalnya ibu hamil mengalami anemia," ujar Fita.

Karenanya, Fita menilai memang perlu dilakukan penanganan terpadu, termasuk sejak dari puskesmas. Selain itu, ia merasa pemeriksaan kesehatan ibu hamil harus dilakukan berkala.

Mulai pemeriksaan laboratorium, psikolog, pendampingan gizi hingga pemeriksaan gigi yang harus dilakukan secara komprehensif. Fita mengklaim, berbagai usaha penurunan angka kematian ibu sudah dilakukan.

Salah satunya dengan melakukan penanganan terpadu di puskesmas sejak ibu hamil sampai kemudian melahirkan. Menurut Fita, langkah itu sudah dilakukan sejak 2017, agar kondisi ibu hampir terpantau dari waktu ke waktu.

"Jika ada hal-hal tidak diinginkan, maka dapat dilakukan penanganan segera," kata Fita.

Direktur Yayasan Ipas Indonesia, Marcia Soumokil, mengaku optimis atas kerja sama tersebut. Ia berharap, angka kematian ibu di Kota Yogyakarta dapat segera ditutunkan secara signifikan.

Marcia mengungkapkan, setidaknya ada dua hal yang akan dilakukan Yayasan Ipas Indonesia di Kota Yogyakarta. Yaitu, meningkatkan kompetensi tenaga medis dan meningkatkan kesadaran masyarakat.

"Terkait pentingnya merencanakan kehamilan sampai menjaga kesehatan reproduksi," ujar Marcia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement