REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Ancaman kepunahan kekayaan hayati menjadi momok menyeramkan yang perlu diatasi. Kondisi semakin parah dengan praktik pertanian yang banyak menggunakan pestisida kimia berbahaya.
Soal kepuhanan ini mendapat sorotan khusus di hari tani. Hari tani diperingati setiap 24 September.
"Bisa mengancam kemampuan menyediakan pangan dan makin jauh dari harapan kedaulatan pangan kita," kata Ketua Koperasi Benih Kita Indonesia (KOBETA) Romi Abrori dalam acara Festival of Agronomy (FOA) di Fakultas Pertanian Universitas Negeri Jember.
Untuk itu, KOBETA dalam FOA 2018 secara khusus menyelenggarakan dua kelas workshop 'Taksonomi Padi' dan Workshop 'Integrated Farming System'. Keduanya menghadirkan pemateri bereputasi internasional, Elizabeth Wijaya ahli taksonomi, dan Sudarmoko ahli dan praktisi integrated farming system dari Lembah Kamuning Farm.
Workshop merupakan bagian dari gelaran FOA 2018 sekaligus merayakan Hari Tani Nasional. Dalam kesempatan itu, ia menyoroti kedaulatan pangan dan pertanian yang berkelanjutan. Sebab, yang sejahtera melalui pertanian harus dari hulu ke hilir, dari mulai petani pemulia benih, petani yang membudidayakan, hingga yang mendistribusikannya.
Acara ini juga bertujuan untuk mengenalkan berbagai macam tanaman lokal yang dimiliki Indonesia serta masih dapat ditemui keberadaannya. Dengan demikian perlunya dukungan banyak pihak untuk kembali peduli dan belajar memahami makna pertanian yang mengedepankan kearifan lokal dan budaya serta tidak meninggalkan inovasi yang ada.
Romi menambahkan, FOA diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagro) dengan dukungan banyak pihak. Hal ini menekankan pentingnya kiprah mahasiswa Fakultas Pertanian untuk mengembalikan kejayaan petani dan pertanian Indonesia.
"FOA adalah salah satu bentuk partisipasi Mahasiswa Agronomi di Faperta UNEJ untuk mendorong keterlibatan langsung mahasiswa dalam perjuangan," ujar Ketua Umum Himagro Faperta UNeJ Satria Wisada.