Selasa 25 Sep 2018 16:56 WIB

Dua Jenazah Ini Masih Utuh Meski Sudah Puluhan Tahun Dikubur

TPU Grogol Kumbi Saribah terdampak jalan tol Depok-Antasari.

Rep: Muhammad Ikhwanuddin/ Red: Teguh Firmansyah
Pembongkaran makam TPU Grogol, Limo, Depok masih dilakukan akibat pembangunan tol Destari, Selasa (25/9).
Foto: Republika/Muhammad Ikhwanuddin
Pembongkaran makam TPU Grogol, Limo, Depok masih dilakukan akibat pembangunan tol Destari, Selasa (25/9).

REPUBLIKA.CO.ID,  Puluhan cangkul diletakkan di sembarang tempat. Pemiliknya, adalah sekelompok pria yang sedang beristirahat di dalam bangunan semi permanen. 

Saat Republika.co.id menghampiri, seseorang mempersilakan duduk dan membuatkan segelas kopi. Bang Nian, begitu orang-orang memanggilnya.

Bang Nian merupakan koordinator lapangan dalam pembongkaran makam di TPU Grogol 'Kumpi Saribah', Kecamatan Limo, Depok. Penamaan 'Kumpi Saribah' sendiri, berasal dari tokoh yang dihormati di kelurahan Grogol, semacam leluhur di sebuah pedesaan.

Tanah wakaf seluas dua hektare ini digunakan warga sebagai tempat pemakaman sejak puluhan tahun lalu.  Nian yang merupakan warga asli, lupa tahun pasti kapan TPU ini digunakan. Namun, setelah rentetan generasi menempati makam ini, sebuah proyek jalan tol mengharuskan makam untuk dibongkar agar pembangunan dapat mulus berjalan.

Pembongkaran ini merupakan bagian dari proyek pembangunan jalan tol Depok-Antasari, yang diperkirakan akan beroperasi mulai tahun depan. TPU Kumbi Saribah, menjadi salah satu kawasan yang terdampak.

Baca juga, Pembongkaran Makam Putri Cempo.

Namun, tidak seluruh makam harus dibongkar. Menurut Nian, tidak sampai sepertiga bagian tanah makam yang harus dibongkar. Dari total 2 hektare, warga hanya perlu membongkar makam seluas 1.600 meter persegi saja.

Petugas harus membongkar 525 nisan dalam tenggat waktu satu bulan. Hingga hari ke-10, mereka mampu memindahkan 338 jenazah. Dalam sehari, rata-rata 25 jasad dapat dipindahkan ke lahan yang baru. Jaraknya hanya beberapa meter dari liang kubur yang lama.

Sebanyak 60 petugas dikerahkan untuk membongkar nisan dan memindahkan jenazah. Untuk itu, Nian membagi pasukannya ke dalam beberapa regu.

Regu pertama, bertugas menggali kubur dengan kekuatan 40 orang. Sisanya --sesuai kebutuhan, bertugas sebagai tim untuk mengafani dan menyalati jenazah. Menurut Nian, pembagian regu dilakukan untuk efektivitas pekerjaan.

Nian dan personel memperlakukan semua jenazah secara adil. Bagi jenazah yang beragama Islam, akan kain kafan diganti dengan yang baru dan disalatkan untuk kemudian dikubur. Jika beragama lain, Nian sudah menyiapkan timnya untuk mengurus jenazah tersebut sesuai dengan kepercayaannya.

Dari 338 nisan yang sudah dibongkar, tercatat 40 nisan tanpa ahli waris, termasuk jenazah tanpa identitas. Menanggulangi hal itu, pihaknya memberi nama "Hamba Allah bin Fulan" pada batu nisannya.

Agama para jenazah, kata Nian, dapat diketahui dari dari ahli waris yang melapor kepadanya. Jika terdapat nisan yang tidak terdapat ahli waris atau bahkan tanpa identitas, maka petugas akan memperlakukan jenazah dengan cara Islam. "Jenazah utuh tidak utuh, kami perlakukan secara adil," kata Nian.

Nian tidak menampik, dari ratusan jenazah yang ia urusi, ada dua jenazah dalam kondisi utuh walaupun sudah dikubur selama puluhan tahun. Yang pertama dikubur 22 tahun yang lalu, yang kedua dimakamkan 47 tahun yang lalu.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement