REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peternak ayam Indonesia mulai melakukan perubahan untuk menghasilkan ternak ayam yang lebih baik melalui gerakan modernisasi perkandangan dalam menghadapi tantangan pasar global.
"Modernisasi kandang ayam bukan berarti membongkar kandang lama, tetapi prinsip kandang modern adalah hanya bagaimana kandang itu bisa memenuhi kebutuhan ayam di kandang tersebut sehingga memenuhi kesejahteraan hewan," kata Ketua Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Herry Darmawan, dalam seminar nasional perunggasan di Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (25/9).
Herry menjelaskan, GOPAN mendorong peternak ayam di seluruh Indonesia mulai melakukan perbaikan, atau meningkatkan (upgrade) standar kandangnya dari yang semula 'open house' menjadi semi 'close house' atau semi tertutup.
Gerakan modernisasi perkandangan ini yakni peternak memperbaiki kandangnya agar bisa memenuhi syarat untuk dapat memenuhi kebutuhan ayam tersebut.
Kebutuhan yang dimaksud yakni sirkulasi udara dalam kandang yang bagus, pengaturan suhu ketika ayam masih kecil hingga besar, penghilang bau, pakan bisa diberikan secara serentak, pemberian minum tidak tercecer, dan lainnya.
Selain itu penggunaan teknologi dalam tumbuh kembang ayam ternak, yang sebelumnya butuh delapan minggu untuk mencapai bobot dua kilo, kini bisa dicapai dalam waktu lima sampai enam minggu saja.
"Pertumbuhan cepat ini membutuhkan manajemen yang memenuhi syarat, karena pertumbuhan ayam cepat ini maka segala sesuatu yang membutuhkan ayam nyaman harus bisa dipenuhi, misalnya kipas angin, agar udara di kandang bisa mengalir," katanya.
Herry menegaskan, modernisasi kandang bukan berarti hanya 'close house' atau kandang tertutup, tetapi disesuaikan dengan kandang yang sudah ada, dan kekurangannya diperbaiki, atau ditambah.
Menurutnya, perbaikan kadang menuju modernisasi ini bukan untuk menaikkan harga ayam, karena harga diatur oleh pasar. Tetapi dengan kandang yang modern maka dapat meningkatkan kesejahteraan hewan, dan efisien bagi peternak.
"Kesehatan hewan ternak terjamin, kematian ayam berkurang, pertumbuhan cepat, 'feed convertion' pakan bisa berkurang, dan efisiensi," katanya.
Efisiensi yang dimaksudkan, misalnya feed convertionnya bisa turun 0,2 dari 1,7 menjadi 1,5, dan hasilnya lumayaj jika dijadikan dengan harga Rp7 ribu artinya sama dengan Rp14 ribu.
Sementara itu Fini Murfiani dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, menyebutkan, telah terjadi pergeseran penggunaan kandang dari 'open house' atau terbuka, ke 'close house' (semi maupun full) di kalangan peternak.
"Bahkan peralatan sendiri sekarang sudah mengarah pada semi maupun full otomatis," katanya.
Menurut Fini, gerakan ini sangat positig, terlebih lagi kini pemerintah tengah menggalakkan Antibiotik growth promoter (AGP) sehingga biosecurity mutlak dilakukan.
"Modernisasi kandang ini salah satu upaya penerapan biosecurty, meningkatkan efisiensi usaha, menurunkan angka mortalitas, efisiensi pakan, dan tenaga kerja termasuk performance ayam itu sendiri," kata Fini.