REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Para peneliti dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo terus mengembangkan hasil riset beras hitam. Beras hitam tersebut kini memasuki generasi keenam berupa tanaman padi lebih pendek umurnya.
Selama ini, usia panen beras hitam memang lebih lama jika dibandingkan dengan usia panen padi biasa. Jika padi biasa sekitar tiga bulan bisa dipanen, maka untuk padi hitam generasi keenam tersebut bisa dipanen sekitar usia empat sampai enam bulan.
Ketua Tim Peneliti Beras Hitam yang juga Wakil Rektor 1 UNS, Sutarno, mengatakan, berdasarkan hasil riset beras hitam generasi kelima, usia panen sudah bisa diperpendek lebih dari tiga minggu. "Kami terus berupaya memperbaiki hasil riset beras hitam," kata Sutarno seperti tertulis dalam siaran pers, Rabu (26/9).
Sutarno menjelaskan kemajuan yang ditemukan pada generasi kelima, juga menyangkut fisik tanaman padi. Saat ini batangnya semakin pendek sekitar 15-20 sentimeter (cm) sehingga lebih kokoh ketika terkena terpaan angin. Sebab, kalau tanaman terlalu tinggi, maka berisiko roboh jika terkena angin.
Menurut Sutarno, peneliti dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Fakultas Pertanian (FP) sangat tertarik mengembangkan varietas beras hitam. Selain varietas lokal, beras hitam juga belum banyak dibudidaya petani.
“Padahal beras hitam dikenal baik untuk kesehatan karena mengandung antosianin yang tinggi yang bermanfaat untuk antioksidan dan antikolesterol. Tiap 100 gram beras hitam, kandungan antosianinnya mencapai 200-400 miligram,” terang Sutarno.
Dalam proses mengembangkan varietas beras hitam, lanjutnya, menggunakan iradiasi untuk memperpendek masa tanam. Selain masa tanam lebih pendek, verietas beras hitam yang dikembangkan UNS tersebut diklaim aman untuk penderita diabetes namun tetap pulen dan wangi.
“Para peneliti di UNS terus mengembangkan varietas unggulan beras hitam, salah satunya dengan iradiasi yang merupakan kerja sama dengan Badan Tenaga Atom Nasional (Batan),” ucap Sutarno.
Baca juga, Tips Memasak Nasi tanpa Rice Cooker