REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah kader Partai Golongan Karya (Golkar) di daerah memutuskan membentuk gerakan Golkar Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (GoPrabu). Gerakan tersebut menunjukan pembangkangkan terhadap keputusan DPP Partai Golkar yang memutuskan mendukung Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin.
Gerakan tersebut juga menunjukan sulitnya Golkar menyatukan suara pada pemilihan presiden. Sebab, bukan kali ini saja ada kader partai beringin yang tidak mengikuti keputusan DPP.
“Kami pahami Golkar susah satu kata dalam Pilpres. Tren Golkar sering pecah," kata pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, ketika merespons deklarasi GoPrabu dalam diskusi di Jakarta, Senin (24/9).
Adi pun mengingatkan pada Pemilu 2014 lalu ketika suara Golkar juga tidak menyatu pada pemilihan presiden. DPP Partai Golkar memutuskan mendukung Prabowo-Hatta Rajasa, tetapi sejumlah kader mendukung Jokowi yang menggandeng mantan ketua umum partai beringin, Jusuf Kalla.
Adi mengatakan fenomena pindah dukungan ke kubu lain sebenarnya sesuatu yang biasa sebagai bagian dari dinamika politik. Akan tetapi, terkait Golkar, adanya gerakan mendukung calon yang bebeda dari pilihan DPP memperlihatkan partai yang dipimpin oleh Airlangga Hartarto belum maksimal melakukan konsolidasi.
Golkar belum sepenuhnya pulih dari perpecahan pascapemilihan presiden empat tahun lalu. Selain itu, Golkar juga masih terganggu setelah mantan ketua umum mereka, Setya Novanto, dijerat kasus korupsi KTP elektronik.
Belum lagi, Adi mengatakan, Golkar masih menghadapi terpaan kasus korupsi yang melanda petinggi-petingginya. Teranyara, yakni kasus yang melibatkan Eni Saragih dan Idrus Marham.
Ia mengatakan kondisi ini bakal membuat Golkar berada dalam posisi yang sulit. “Saat bersamaan harus menang Pilpres, Pileg, tentu ini (perpecahan) akan rugi besar,” kata dia.
Tidak hanya bagi Golkar, ia menilai, dukungan kader Golkar untuk Prabowo-Sandi berpotensi mengganggu tingkat elektabilitas pasangan Jokowi Widodo-Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019. "Tiba-tiba ada forum caleg yang ingin mendukung Prabowo-Sandi. Tentu ini adalah kerugian besar terhadap partai dan Jokowi-Ma'ruf," ujar dia.