REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bali memperkirakan Islam masuk ke wilayah Bali pada abad ke-16, yakni pada masa Kerajaan Gelgel dan Klungkung. Waktu itu sebagian prajurit Kerajaan Gelgel dan Klungkung memeluk Islam.
Sekretaris Umum MUI Provinsi Bali, Abdul Kadir Makaramah mengatakan, umat Islam di Bali berkembang bukan karena dakwah. Artinya Islam di Bali tidak berkembang secara revolusi tapi secara evolusi. Perkembangan Islam di Bali lebih dipengaruhi oleh perkawinan, bukan oleh cara dakwah secara langsung.
"Makanya perkembangan Islam di Bali sangat lamban walaupun Islam sudah masuk ke Bali sejak abad ke-16," kata Abdul kepada Republika.co.id saat menghadiri Multaqa Du'at Nasional MUI di Jakarta, Selasa (25/9).
Ia menceritakan, konon umat Islam masuk ke wilayah Bali dengan membawa keahlian. Jadi kehadiran umat Islam sangat bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat sekitar. Bahkan raja yang sedang berkuasa saat itu memberikan wilayah untuk tempat tinggal umat Islam, meski sang raja beragama Hindu.
Umat Islam dan Hindu pada saat itu hidup harmonis karena Islam rahmatan lil 'alamin. Sehingga tidak ada masalah antara umat Islam dan Hindu di Bali. Hubungan umat Islam sangat erat dengan kerajaan karena banyak Muslim yang menjadi prajurit kerajaan.
Kerajaan sampai membangun sebuah masjid tanpa diminta masyarakat Muslim. Berdasarkan catatan sejarah, umat Islam di Bali awalnya berasal dari suku Jawa, Bugis, Sasak, dan Melayu. Kemudian Islam mulai dikenal masyarakat Bali dan melalui pernikahan mereka memeluk Islam.
Abdul menerangkan, sebagai bukti kedatangan Islam ke Bali sejak abad ke-16, ditemukan Alquran yang diperkirakan berasal dari abad ke-16 dan abad ke-17. Alquran tersebut ditemukan di daerah Kampung Bugis, Denpasar dan di Desa Gelgel, Klungkung.
Muslim Bali membersihkan sampah di Pantai Kuta, Bali.
"Dulu masih bisa dibaca, sekarang sudah tidak bisa dibaca karena sudah sangat rapuh kertasnya, Alquran tersebut ditulis tangan," ujarnya.
Dia mengungkapkan, memang hubungan umat Islam dan Hindu di Bali pada masa lampau sangat harmonis. Namun kecemburuan sosial terhadap umat Islam mulai terjadi pada 1970 pada saat Bali ditetapkan sebagai daerah pariwisata. Faktor ekonomi menjadi penyebab terjadinya kecemburuan sosial.
Ia menjelaskan, pada waktu itu banyak umat Islam dari berbagai daerah datang ke Bali untuk mencari pekerjaan. "Puncak kebencian terhadap Islam terjadi pada saat Bom Bali I dan II, nah ini mulai sentimen kepada umat Islam namun umat Islam menyikapi dengan bijak," jelasnya.
Abdul mengatakan, bersyukur hubungan umat Islam dan keluarga kerajaan sampai hari ini masih tetap terjaga dengan baik. Kerajaan Badung di Denpasar, Klungkung dan Karangasem kerap melibatkan umat Islam dalam kegiatan.
MUI Provinsi Bali berharap umat Islam bisa lebih bersinergi lagi dengan umat Hindu di Bali. Sebab umat Islam dan Hindu telah membangun Bali jauh sebelum ada Negara Indonesia. Pada masa lalu umat Islam tahu diri dan bisa menempatkan diri. Umat Islam tidak mau mengkhianati hubungan dan keharmonisan yang sudah dibangun para pendahulu.
"Kedepannya kita berharap bisa membuat harmoni yang hilang kembali supaya kita tetap jadi harmonis, kita tidak ingin mengkhianati apa yang sudah dibangun oleh pendahulu kita," ujar Abdul.