Rabu 26 Sep 2018 22:49 WIB

Pengusaha Usulkan Impor Jagung

Pasokan jagung dinilai kurang sehingga harga pakan ternak tinggi.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nur Aini
Petani memanen jagung. ilustrasi
Foto: Antara/ Harviyan Perdana Putra
Petani memanen jagung. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta pemerintah menghadirkan jagung lewat impor guna memenuhi kebutuhan pakan ternak. Sebab, produksi jagung saat ini tidak dalam kondisi baik.

"Impor itu bukan ssesuatu yang haram. Kalo kita anti-impor dan negara lain melakukan hal yang sama kita nggak bisa ekspor," kata Ketua Apindo bidang peternakan dan Perikanan Anton Supit saat ditemui di Auditorium Kementerian Perdagangan, Rabu (26/9).

Menurutnya, jika terjadi surplus produksi jagung maka akan berdampak pada harga yang baik. Sementara harga pakan naik karena tingginya harga jagung. Dia menilai, guna menjaga harga telur ayam dan daging ayam, perlu adanya impor untuk meredam tingginya harga pakan ternak.

"Saya tidak suka impor pada dasarnya. Kalau jagung impor pada dasarnya masih segar, cost of money lebih murah kalau lokal," katanya.

Dia mengatakan setidaknya diperlukan delapan juta ton pakan ternak dalam kurun waktu setahun. Namun, produksi lokal hanya bisa mengumpulkan sekitar lima juta ton jagung. Hal tersebut berdampak pada naik turunnya harga jagung.

Impor jagung sudah ditutup pemerintah sejak 2016. Hal itu karena pemerintah merasa telah sukses dan surplus sehingga menutup impor. Kementerian Pertanian sebelumnya memproyeksikan adanya surplus empat juta ton jagung.

"Kalau surplus dimana jagungnya? Pasar tidak bisa ditipu. Kalau ada barang harga pasti turun," ujar dia.

Saat ini, kata dia, harga jagung lebih dari Rp 5.000 per kg. Harga tinggi terjadi karena adanya persaingan antara peternak dan industri pakan. Saat produksi jagung kurang dan dilarang silakukannya impor, industri bisa mengalihkan  ke gandum sebagai bahan bakunya. Namun, pada tahun ini, pemerintah melarang impor gandum meski belum ada ketentuannya.

Baca: ADB Peringatkan Risiko Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement