Rabu 26 Sep 2018 23:15 WIB

Ibu Rumah Tangga Jadi Lini Terakhir Keamanan Pangan

Guru Besar IPB menyebut 50 persen produk pangan yang masuk ke rumah sudah tercemar

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Program CSR PT Pembangunan Jaya Ancol, Sekolah Rakyat Ancol dan pelatihan membuat sabun PKK Kelurahan Ancol. Beberapa ibu rumah tangga juga mengadakan latihan membuat bubur sehat balita. Jumat (3/11).
Foto: Republika/Inas Widyanuratikah
Program CSR PT Pembangunan Jaya Ancol, Sekolah Rakyat Ancol dan pelatihan membuat sabun PKK Kelurahan Ancol. Beberapa ibu rumah tangga juga mengadakan latihan membuat bubur sehat balita. Jumat (3/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Harsi Dewantari Kusumaningrum mengatakan ibu rumah tangga menjadi lini terakhir keamanan pangan. Alasannya produk pangan yang masuk ke dalam rumah tangga mungkin 50 persen tercemar oleh bakteri penyebab penyakit. 

Menurutnya, ketika bahan baku makanan itu tercemar oleh bakteri-bakteri penyebab penyakit, maka peran ibu rumah tangga dalam mengolah bahan baku menjadi penting.

“Bakteri penyebab penyakit ini sebenarnya terus berubah dan terus kita temukan. Tentu dari proses pengolahan itu akan sangat penting,” katanya saat press briefing Food Sustainability, di Jakarta, Rabu (26/9).

Ia menambahkan bakteri yang sampai ke pangan itu bisa melalui berbagai media, di antaranya, bakteri yang bersumber dari bahan pangan itu sendiri, seperti buah-buahan dan sayuran yang bakterinya bersumber dari tanah, pupuk, dan air. Kemudian potensi pencemaran bakteri daging dan susi dari cara penyembelihan yang tidak benar atau proses pemerahan yang kurang steril.

Selain itu, bakteri bisa muncul dari limbah rumah tangga. Penanganan limbah yang buruk menjadi sumber kontaminasi. Hal tersebut harus diatasi dangan pengaturan atau penanganan limbah secara baik. Sumber lainnya, tambah Harsi, bisa dari peralatan yang digunakan dalam mengolah makanan.

“Sebetulnya higiene-nya dari kita sendiri, tangan. Tangan kita itu membawa bakteri staphylococcus aureus yang bisa menghasilkan toksin yang bisa menyebabkan keracunan pada tangan,” ujarnya.

Ia menjelaskan, masalah utama keamanan pangan adalah cemaran mikroba karena rendahnya kondisi higiene dan sanitasi sehingga intervensi tetap diperlukan. 

"Ibu rumah tangga harus paham betul soal adanya keracunan akibat cemaran kuman, ataupun kasus keamanan pangan yang lain yaitu terkait penggunaan formalin, boraks, dan pewarna tekstil," ujarnya.

Hasri menjelaskan, beberapa kunci penyediaan pangan yang aman dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama menjaga kebersihan, kemudian pemisahan pangan mentah, karena pangan mentah biasanya membawa bakteri penyebab penyakit yang mungkin berpindah selama penyiapan pangan, misalnya pisau yang digunakan memotong daging kemudian digunakan untuk memotong sayuran tanpa dicuci terlebih dahulu.

“Ini bisa memindahkan bakteri yang tadinya dari daging ke sayuran mentah. Karena itu, masaklah pangan dengan benar artinya memasak pangan dengan seksama sampai seluruh nya terpapar panas, karena memasak yang tepat dapat membunuh hampir semua mikroba berbahaya,” ujarnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement