Kamis 27 Sep 2018 16:04 WIB

Kanwil Kemenag DIY Optimalkan Pesantren dan Madrasah

Akan dibangun pusat bahasa internasional siswa madrasah agar bisa menguasai 3 bahasa.

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Andi Nur Aminah
Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama DI Yogyakarta, Muhammad Lutfi Hamid.
Foto: Wahyu Suryana.
Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama DI Yogyakarta, Muhammad Lutfi Hamid.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kanwil Kementerian Agama DIY (Kemenag) DIY akan mengoptimalkan pesantren dan madrasah di DIY agar bisa kuliah keluar negeri. Untuk itu tahun depan didirikan International Language Center of Madrasah atau Pusat Bahasa Internasional untuk Madrasah.

"Rencananya 10 Oktober 2018 ini akan dilakukan peletakan batu pertama di sekitar Banguntapan untuk gedung International Language Center of Madrasah,"kata Kepala Kanwil Kemenag DIY Lutfi Hamid pada wartawan usai mendampingi Tim MTQ DIY dan tim Pusparani DIY yang berpamitan dengan Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X, di Gedhong Pare Anom, Kepatihan Yogyakarta, Kamis (27/9).

Gedung tersebut nantinya akan dijadikan tempat pelatihan atau ajang pembibitan bagi anak-anak madrasah agar bisa kuliah ke luar negeri. Sebelum dikirim ke luar negeri anak-anak akan mendapatkan pelatihan tiga bahasa yakni bahasa Inggris, Arab dan bahasa Cina.

Rencananya tahun depan ada sebanyak 56 anak yang akan dikirim ke luar negeri untuk mengambil S1. Pengiriman siswa Madrasah ke Cina sudah sejak tahun lalu dilakukan namun baru satu orang. Sedangkan tahun ini ada 11 orang. Mereka merupakan lulusan dari berbagai madrasah yang ada di DIY antara lain MAN 4 Bantul, MA Darul Qur’an, MA Ali Ma’sum.

Lebih lanjut Lutfi mengatakan Cina membuka beasiswa untuk anak lulusan madrasah yang akan melanjutkan ke jenjang  S1. Jurusan yang disiapkan di sana adalah jurusan yang sangat dibutuhkan oleh negara berkembang antara lain: e-commerce, Bisnis dan Perdagangan International, Teknik Komunikasi, Broadacasting, dan Pengembangan PAUD.

Beasiswa yang ditanggung untuk biaya pendidikan. Tetapi untuk living cost sebagain dibiayai orangtua yakni sekitar Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta per bulan. "Lama kuliah bisa tiga tahun untuk college dan empat tahun untuk S1," jelasnya.

Di bagian lain ia mengatakan Tim MTQ dari DIY yang akan mengikuti MTQ tingkat nasional di Medan 6 hingga 12 Oktober sebanyak 74 orang.Sedangkan Tim Pusparani yang akan mengikuti Pusparani tingkat Nasional pada 27 Oktober hingga 6 November di Ambon sebanyak 95 orang.

"Sebagaimana disampaikan oleh KGPAA Paku Alam X saat  Tim MTQ dan Tim Pusparani, berpamitan, keikutsertaan tim dari DIY diniatkan sebagai silaturahim seluruh komponen warga bangsa untuk tetap menciptakan kerukunan dan kesatuan negara kesatuan dan memberikan kontribusi tetap terwujudnya negara  kesatuan RI," ujarnya.

Para peserta MTQ maupun Pusparani diharapkan tidak mengejar menjadi juara, melainkan menjadi duta terbaik. Soal kejuaraan dan prestasi hanya sebagai efek samping. "Yang penting menjadi duta terbaik," katanya . 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement