REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Bakat sepak bola yang dipunyai seorang pemain bisa tidak punya arti apa-apa bila tidak dibarengi dengan kedisiplinan dan kerja keras. Hal itu dikatakan oleh legenda Argentina Diego Maradona.
Maradona percaya, pemain-pemain yang sukses menaklukkan dunia hanyalah figur yang mau berkorban dengan kerja keras. Tidak hanya mengedepankan keberuntungan semata.
"Ketika seseorang sukses. Itu karena kerja keras. Keberuntungan bukan apa-apa," kata Maradona dikutip dari Sport Keeda, Kamis (27/9).
Superstar modern Lionel Messi pun berujar hal senada. Kata Messi, seorang pemain harus bertarung dengan segenap jiwa raga untuk menggapai impian. "Anda harus berkorban banyak demi latihan. Kerja keras untuk itu," ucap Messi.
Ada banyak sekali pemain sepak bola yang bakat hebatnya tenggelam karena sikap indisipliner. Berikut contoh lima pemain berbakat yang gagal bersinar di usia emas.
Adriano Leite
Adriano meroket sejak dipulangkan Inter Milan dari Parma Calcio. Di tahun 2005, Adriano nyaris memecahkan rekor pemain termahal dunia milik Zinedine Zidane saat Chelsea hendak mendatangkannya ke Stamford Bridge.
Inter ketika itu berhasil mempertahankan Adriano karena percaya pemain dengan tendangan geledek itu akan jadi aset jangka panjang. Tapi Adriano hanya bertahan di Inter sampai tahun 2009. Ia akhirnya dipulangkan ke Brasil karena bobot tubuhnya melonjak. Adriano larut dalam kesedihan dengan sering berkunjung ke klub malam mabuk-mabukan. Adriano sering mangkir latihan. Adriano pun tenggelam sebelum usia emasnya lewat.
Ricardo Quaresma
Quaresma
Pemain ini salah satu orbitan terbaik Sporting Lisbon 2003 lalu. Ketika itu, Quaresma selevel dengan Cristiano Ronaldo. Ronaldo pindah ke Manchester United untuk lompatan pertamanya. Sedangkan Quaresma bergabung dengan klub raksasa Spanyol Barcelona di usia 18 tahun.
Tidak seperti Ronaldo yang terus menanjak bersama MU, Quaresma nyaris tenggelam bersama Barca. Quaresma terlalu arogan untuk latihan lebih keras karena merasa skillnya sudah bagus. Pelatih Barca saat itu Frank Rijkaard tak tahan. Akhirnya Rijkaard menjual Quaresma ke Porto. Sulit bagi Quaresma menemukan sentuhan terbaiknya seperti saat masih bersama Sporting.
Sempat membela Inter Milan selama dua musim sejak 2008-2010, Quaresma kembali terbuang oleh mantan bosnya Jose Mourinho. Penyebabnya sama. Quaresma susah diatur dan diberi arahan.
Antonio Cassano
Antonio Cassano
Bintang yang satu ini terlalu sering membuat ulah. Cassano tidak menghargai bakat hebat yang ada dalam dirinya. Karier Cassano banyak dihabiskan dengan berpindah-pindah tim.
Paling lama, Cassano betah berada di dalam satu tim hanya dua tahun. Cassano selalu berselisih dengan pelatih, rekan satu tim, bahkan dengan manajemen atau owner klub. Cassano pernah membela klub-klub besar seperti AS Roma, Real Madrid, AC Milan, dan Inter Milan. Tapi ia hanya sekadar singgah. Tabiat burukya yang keras membuat tim tidak bisa menahan kehadirannya lebih lama.
Giovani Dos Santos
Giovani Dos Santos
Bintang Meksiko ini pernah digadang-gadang sebagai bintang masa depan Barcelona. Giovani sudah membela Barcelona sejak usia 17 tahun. Ia menimba ilmu di akademi La Masia sejak usia 11 tahun.
Namun Giovani bertahan di skuat senior Los Azulgrana hanya selama setahun sejak 2007 sampai 2008. Saat itu slot lini depan Barca penuh oleh Messi, Samuel Eto'o, dan Thierry Henry.
Pemain timnas Meksiko itu kemudin pindah ke Tottenham Hotspur untuk mencari tantangan baru. Tapi sama saja. Spurs jarang memberinya tempat di tim inti. Pelatih Spurs Harry Redknap mengatakan Gio sering telat datang latihan karena tidur kebablasan. "Setiap Senin pagi, Giovani selalu telat. Saya terlalu sering memberinya hukuman," ujar Harry.
Sejak saat itu nasib Giovani mulai terlunta-lunta. Ia berpindah-pindah mulai dari Ipswich Town, Galatasaray, Racing Santander, Real Mallorca, Villarreal, dan terakhir LA Galaxy. Padahal usia Giovani masih 29 tahun.
Mario Balotelli
Mario Balotelli
Pemain satu ini 11-12 dengan Cassano. Dua pemain ini adalah duet lini depan Italia di Piala Eropa 2012. Balotelli terlalu kerap menghabiskan waktu karena hukuman kartu merah dan hukuman dari pihak klub karena tidak disiplin.
Balotelli bersikap sesuka hati tanpa ada yang bisa mengaturnya. Padahal Balo punya bakat hebat sebagai pencetak gol. Klub-klub besar yang pernah ia bela bukan sembarangan tim. Balo mengawali karier di Inter Milan, kemudian pindah ke Manchester City, AC Milan, dan Liverpool.
Liverpool jadi tim besar terakhir yang dibuat naik pitam oleh Balotelli. The Reds membuangnya ke OGC Nice sejak 2016. Sebelumnya, pemain keturunan Ghana itu sempat akan dibekukan sampai waktu yang tidak ditentukan.
Balotelli harus susah payah membangkitkan nama besarnya di Nice. Ia sempat diisukan akan kembali ke Serie A. Tapi beberapa klub peminat mengurungkan niat bekerja sama dengan Balotelli karena khawatir akan hanya akan jadi duri dalam daging.