REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dahikiri menilai, tantangan ekonomi pada era industri 4.0 atau serba teknologi semakin besar. Akan tetapi, berinvestasi di Indonesia akan tetap menguntungkan bagi semua pihak di masa mendatang, termasuk para investor dalam negeri ataupun asing.
Hanif menjelaskan, pemerintah sedang dan akan terus memberikan perhatian lebih untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif. Di antaranya yang menyangkut isu ketenagakerjaan, seperti kepastian sistem upah, hubungan industrial yang baik dan perubahan paradigma Mayday. "Semuanya semakin kondusif sehingga menarik perhatian investasi untuk masuk ke Indonesia," tuturnya saat menjadi pembicara dalam US-Indonesia Investment Summit di Jakarta, Kamis (27/9).
Pada 2019, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sudah menetapkan pembangunan bidang sumber daya manusia (SDM) sebagai prioritas. Menurut Hanif, presiden telah menetapkan sejumlah target. Di antaranya, mengarahkan untuk pembangunan 1.000 Balai Latihan Kerja (BLK) komunitas dan pelatihan vokasi untuk 1,4 juta orang pada tahun depan. Terkait penempatan tenaga kerja, Hanif menambahkan, pemerintah mencanangkan penciptaan 10 juta lapangan kerja. Selama periode 2015 sampai Agustus 2018, pemerintah sudah menempatkan sekitar 9,4 juta orang dalam lapangan kerja. Hanif optimistis target 10 juta akan tercapai di tahun depan.
Hanif menjelaskan, pihaknya kini terus berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatihan vokasi. Di antaranya melalui strategi triple skilling yakni skilling, upskilling dan reskilling. Maksudnya, ketika seseorang belum punya skill (kemampuan), dia masuk program upskilling. Sedangkan yang ingin beralih skill, dapat masuk ke reskilling.
Sementara itu, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph R Donovan Jr menilai, Indonesia akan memainkan peran kepemimpinan yang lebih besar dalam integrasi dan pengembangan kawasan Indo-Pasifik.
Prediksi Donovan bukan tanpa sebab. Ia menjelaskan, ada tiga faktor penguat bagi Indonesia untuk mencapai prestasi itu. "Didorong oleh populasi muda, kelas menengah yang sedang tumbuh dan penggunaan teknologi baru yang semakin luas," tuturnya.
Donovan menambahkan, sejarah Indonesia sejak periode reformasi adalah cerita sukses tentang perkembangan sosial dan ekonomi. Amerika turut bangga bisa berkontribusi terhadap kesuksesan tersebut.
Kondisi Indonesia saat ini dilihat Donovan begitu kontras dengan beberapa waktu lalu. Misalnya, 20 tahun lalu, kemiskinan dialami hampir 25 persen dari penduduk Indonesia. "Saat ini, tingkat kemiskinan kurang dari 10 persen, terendah dalam sejarah Indonesia," ucapnya.
Dalam banyak indikator lain, Indonesia telah menunjukkan catatan kesuksesan dalam hal pembangunan. Meski masih banyak yang harus dikerjakan, Donovan menjelaskan, banyak hal juga yang Indonesia dapat banggakan.