REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pengembangan kawasan wisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terutama di perdesaan akan diarahkan pada konsep live in atau menginap berupa homestay di rumah-rumah penduduk setempat.
"Ciri wisatawan saat ini lebih banyak melakukan swafoto atau selfie. Namun hal itu tidak menghasilkan uang karena mereka datang sekadar untuk foto. Sehingga tidak ada uang yang dibelanjakan," kata Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Dinas Pariwisata DIY, Aria Nugrahadi, dalam rapat koordinasi antar kabupaten/kota dan pelaku wisata di kompleks Kepatihan.
Namun berbeda dengan live in, papar dia, maka wisatawan akan membelanjakan uangnya di kawasan wisata tersebut. “Ketika live in perputaran uangnya lebih besar, dibandingkan dengan hanya datang dengan sepeda motor berdua untuk selfie ada di sekitar wisata itu dua jam tetapi hanya beli air mineral satu botol," ujarnya.
Ia lantas mencontohkan, jika dua wisatawan selfie datang ke kawasan wisata hanya membeli minum untuk berdua hanya seharga Rp 4.500. Oleh karenanya, dari hitungannya, seribu orang selfie tanpa menginap akan kalah (hasilnya) dibandingkan dengan 100 orang yang live in.
"Karena orang yang menginap di homestay di wilayah Nglanggeran Gunungkidul misalnya, dengan makan pagi maka akan membelanjakan sekitar Rp 150 ribu per orang," katanya.
Karena itu, tegasnya, konsep menginap atau live in akan lebih digenjot promosinya untuk meningkatkan perputaran uang di kawasan wisata. Mengingat wisatawan yang hanya sekadar selfie kemudian pulang tidak menghasilkan perputaran ekonomi yang maksimal.
Untuk mendukung program ini, Pemda DIY memberikan bantuan stimulan berupa sarana toilet standar difabel. "Insya Allah akhir tahun ini di tempat wisata Bantul akan ada 100 toilet di antaranya di Wukirsari 25 unit toilet, di Karangtengah 25 toilet, di Munthuk 25 toilet, dan di Mangunan 25 toilet."
Sementata itu di tempat wisata Kulonprogo yaitu Segigih dan Nglinggo juga akan mendapat stimulan toilet standar difabel masing-masing 25 toilet. Lebih lanjut ia mengatakan pada 2019, Pemda DIY menargetkan sebanyak 800 ribu kunjungan wisatawan mancanegara.
Adapun tujuh destinasi yang akan dikembangkan tersebut akan menyasar lima pasar internasional, antara lain Belanda, Jepang, Prancis, Jerman, dan ASEAN.
“Suroloyo (kawasan Menoreh) juga dikembangkan, karena wisatawan Eropa banyak yang berminat jenis wisata tracking. Pemberdayaan masyarakat kesenian di puncak Suroloyo akan dikembangkan karena saat ini masih kurang,” katanya.