REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Lahan yang ditumbuhi semak belukar dan hutan tanaman pinus, di kawasan situs Candi Gedongsongo, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah terbakar, Jumat (28/9).
Api kali pertama diketahui warga muncul dari semak belukar, di atas kawah belerang. Tiupan angin kencang membuat lahan yang terbakar meluas hingga kawasan hutan pinus di sekitar candi IV.
Subur (38 tahun), salah seorang pramuwisata Candi Gedongsongo yang dikonfirmasi di lokasi mengungkapkan, ia mengetahui kepulan asap pekat muncul dari lahan di atas kawah belerang, sekitar pukul 11.00 WIB. Saat itu, ia dan beberapa warga yang biasa beraktivitas di lingkungan candi Hindhu peninggalan abad ke-9 ini tengah bersiap- siap pergi ke masjid guna melaksanakan shalat Jumat.
“Sehingga di sekitar lokasi lahan yang terbakar tersebut cukup sepi, baik oleh pengunjung maupun para penjual makanan ringan di kawasan obyek wisata ini,” ungkapnya.
Kendati begitu, beberapa warga sempat mengabarkan peristiwa yang dilihatnya tersebut kepada pengelola wisata kawasan Candi Gedongsongo. Informasi itu selanjutnya diteruskan kepada pihak berwenang.
Sehingga kurang dari satu jam berikutnya, para relawan dan potensi SAR mulai berdatangan untuk membantu memadamkan api bersama- sama warga di sekitar lingkungan Candi Gedongsongo ini. Saat para relawan datang, api kebakaran telah meluas dan membakar kawasan semak- semak serta hutan pinus di sekitar candi IV, yang berjarak sekitar 300 meter dari kawah belerang.
Dugaan sementara api berasal dari puntung rokok pengunjung yang dibuang sembarangan. “Karena sebelum pukul 11.00 WIB kawasan Candi Gedongsongo ini sudah dibuka untuk umum,” tegasnya.
Salah seorang relawan Solidaritas Anak Kluwihan Peduli Alam (Sakpala), Jumiyanto (25) mengungkapkan, relawan yang tergabung dalam SRU 1 mulai bergerak memadamkan api pukul 12.00 WIB.
Lokasi pemadaman berada di hutan pinus sekitar candi IV. Karena api yang membakar semak- semak tersebut nyaris menyambar struktur bangunan candi tersebut.
Namun, api bisa terlokalisasi oleh jalan pengunjung dari beton serta tanah lapang area candi. “Kendati begitu, hutan pinus di sekitar candi IV ini sudah terbakar,” ujarnya.
Salim (27 tahun), relawan yang tergabung dalam SRU 2 mengatakan area lahan yang terbakar cukup dekat dengan candi IV. Upaya pemadaman dilakukan secara manual, yakni dengan cara digepyok menggunakan peralatan tongkat.
Kendati api berhasil dikuasai, namun asap pekat masih mengepul. Terutama sumber asap berasal dari akar dan batang tanaman pakis yang telah lapuk dan membusuk.
Sehingga upaya pemadaman harus dilakukan sampai tuntas dan tidak mengeluarkan asap lagi. “Kami tidak ingin mengambil reiiko, jika sumber asap tersebut bisa menyala kembali akibat tiupan angin yang kencang,” tambahnya.
Hingga pukul 14.00 WIB api sudah dapat dikendalikan dan para relawan serta potensi SAR memastikan tidak ada kobaran api yang membakar semak dan hutan pinus lagi.
Perihal berapa luasan hutan yang terbakar, ia belum bisa memastikan. Karena ini menjadi kewenangan perum Perhutani. “Kami juga sudah berkoordinasi dengan petugas Perhutani terkait hal tersebut,” tambahnya.
Sementara itu, Administratur Perum Perhutani KPH Kedu Utara, Erwin yang dikonfirmasi terpisah memastikan lokasi semak yang terbakar berada di Petak 6H RPH Lempuyangan, BKPH Ambarawa. Berdasarkan informasi yang diterima dari petugas Perhutani di lapangan luasan hutan pinus dan tanaman perdu yang terbakar diperkirakan mencapai dua hektare lebih.
Ia juga menyampaikan, sumber asal api diduga berasal dari lahan sekitar Candi 4 atau di atas lokasi kawah belerang kompleks Candi Gedongsongo. Sebab semak belukar dan tanaman perdu yang ada di kawasan ini memang sudah mengering.
“Setelah menerima laporan adanya kebakaran tersebut, staf kami bersama petugas pengelola Candi Gedongsongo serta para relawan dan potensi SAR langsung menuju lokasi untuk melokalisir dan memadamkan api,” ungkapnya.