REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tsunami menerjang pesisir Palu dan gempa mengguncang Kabupaten Donggala pada Jumat (28/9) kemarin. Pascabencana tersebut, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mengaktifkan tim crisis center untuk memantau korban wisatawan lokal maupun mancanegara.
"Sasaran dari Tim Crisis Center untuk memantau akses, amenitas, dan atraksi yang terkait langsung dengan wisatawan di Donggala dan sekitarnya," kata Menteri Pariwisata, Arief Yahya melalui siaran pers pada Sabtu (29/9).
Arief Yahya mengaku prihatin dan berduka atas musibah bencana alam, gempa bumi di Donggala, Sulawesi Tengah. Banyak korban jiwa dan luka-luka akibat bencana tsunami dan gempa dengan kekuatan 7,7 dan 7,4 SR tersebut.
Arief melanjutkan, hingga saat ini timnya terus melakukan pemantauan dan pelaporan. Termasuk memberikan layanan informasi holding statement ke beberapa negara melalui Visit Indonesia Tourism Officer (VITO).
"Kami saat ini juga menghentikan seluruh aktivitas promosi di lokasi terdampak, dan hanya memantau kondisi wisatawan dan ekosistem pariwisata di lokasi terdampak," ujar arif.
Ketua Tim Crisis Center Kemenpar Guntur Sakti menambahkan, pihaknya masih berpedoman laporan dan informasi dari BMKG dan BNPB baik pusat maupun daerah. Serta menggunakan seluruh kanal media dan instrumen media monitoring.
“Fokus TCC Kemenpar memang tidak jauh-jauh dari customers utamanya, wisatawan, baik mancanegara maupun nusantara. Karena itu yang dicek pertama ketika terjadi bencana adalah fasilitas publik pendukung pergerakan wisman, yakni akses,” ujar Guntur Sakti.
Di fase tanggap darurat sendiri, lanjut Guntur, Tim TCC kemenpar memfokuskan terhadap layanan informasi kepada semua pihak. Serta melakukan koordinasi dengan Dinas Pariwisata Daerah untuk pelayanan wisatawan dan memantau 3A terdampak.
“Tim Crisis Center juga berkoordinasi dengan jajaran Asisten Deputi di Kemenpar yang membawahi Regional Sulteng, baik destinasi maupun pemasaran,” katanya.