REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah fasilitas transportasi seperti bandara dan pelabuhan di Kota Palu, Sulawesi Tengah, dan sekitarnya diutamakan untuk kegiatan kemanusiaan. Hal itu mengingat banyaknya korban akibat gempa yang mengguncang Kota Palu dengan kekuatan 7,7 skala Richter pada Jumat (28/9).
"Untuk penerbangan dan pelabuhan Palu memang segera diutamakan untuk kemanusiaan dulu, sambil memperbaiki infrastruktur dan navigasi penerbangan," kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan Baitul Ihwan dalam konferensi pers di Jakarta, Sabtu (29/9).
Sementara itu, untuk kepentingan komersial masih belum bisa dilakukan. Bandara Palu Mutiara SIS Al Jufri mengalami kerusakan pada landasan pacu sepanjang 500 meter, sehingga yang hanya bisa digunakan, yaitu 2.000 meter.
"Jadi, mengalami keretakan, dalam kondisi darurat bahwa pesawat masih bisa melakukan pendaratan untuk kelas pesawat kecil," katanya. Saat ini, kata dia, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi tengah meninjau langsung ke lokasi kejadian.
Dalam kesempatan sama, Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub Arif Thoha mengatakan Pelabuhan Pantoloan masih bisa untuk disandarkan kapal, meski terjadi kerusakan pada quay crane untuk bongkar muat peti kemas.
"Dermaga nggak rusak, sehingga masih bisa disandarkan kapal," ujarnya.
Kondisi pelabuhan lainnya, yaitu Pelabuhan Weni mengalami kerusakan di dermaga 1, tetapi dermaga 2 bisa digunakan. Pelabuhan lainnya di sekitar Donggala hingga saat ini belum ada infromasi terbaru.
"Intinya pelabuhan Pantoloan bisa melayani penyadaran kapal-kapal komersial Pelni dan kemanusiaan," katanya.