REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bandar Udara Mutiara Sis Al Jufri Palu sudah melayani 13 unit pesawat dan helikopter yang membawa bantuan kemanusiaan bagi korban bencana gempa dan tsunami di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
"Pesawat-pesawat dan helikopter-helikopter tersebut membawa bantuan sembako, genset, dan tim medis untuk evakuasi dan bantuan keselamatan pasca-gempa Palu," kata Manajer Humas AirNav Indonesia, Yohanes Sirait, melalui pesan singkat yang diterima di Jakarta, Sabtu (29/9).
Bandar udara itu sempat ditutup pasca-gempa berkekuatan 7,4 skala richter. Hal itu karena kondisi badar udara belum memungkinkan untuk jalur penerbangan akibat infrastruktur yang rusak. Akibat prasarana yang belum sepenuhnya berjalan baik, hingga berita ini diturunkan layanan navigasi sementara dilakukan dengan prosedur VFR (Visual Flight Rules).
Nota penutupan bandar udara di Palu tersebut keluar setelah seluruh penerbangan dari Gorontalo ke Palu pada hari itu selesai, di mana gempa terjadi setelah penerbangan terakhir.
"AirNav Indonesia juga telah menerbitkan NOTAM untuk prosedur ini dengan nomor H0757/18 NOTAMN, yang menginformasikan bahwa karena alasan pasokan listrik yang belum memadai, penerbangan sementara ini hanya dapat dilakukan melalui prosedur VFR," kata Yohanes.
Yohanes menjelaskan pihaknya telah mengirim 27 personel AirNav Indonesia dari berbagai daerah ke Palu untuk memastikan berjalannya layanan navigasi penerbangan di Palu. Dari 27 personel yang dikirim, 15 di antaranya bertugas di ATC, lima ACO, dan tujuh teknisi.
"AirNav mengucapkan terima kasih atas tanggap cepat dari Kementerian Perhubungan melalui Direktur Navigasi Penerbangan yang telah menerbitkan peringkat kepada para personel yang akan bertugas di Palu," ujar Yohanes.
Baca: Jalan Rusak Persulit Akses Bantuan ke Korban Gempa Palu