REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON/NEW YORK -- Amerika Serikat pada Jumat mengumumkan akan menutup konsulatnya di kota Basra, Irak. AS juga berencana memindahkan petugas diplomatik di sana setelah ancaman meningkat dari Iran dan milisi dukungan Iran, termasuk serangan roket.
Keputusan tersebut menambah ketegangan Amerika Serikat dengan Iran, yang menjadi sasaran sanksi ekonomi AS. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, ketika menjelaskan langkah tersebut, membarui peringatan bahwa AS akan menunjuk Iran langsung bertanggung jawab atas tiap serangan terhadap Amerika Serikat dan sarana diplomatik AS.
Hal itu menyusul serangan roket baru-baru ini, yang Pompeo katakan diarahkan ke konsulat di Basra tersebut. Namun, pejabat AS mengatakan roket itu tidak menimbulkan dampak pada konsulat tersebut, yang terletak di kompleks bandar udara Basra.
"Saya telah jelaskan, Iran hendaknya memahami bahwa Amerika Serikat akan menanggapi dengan tepat dan cepat atas tiap serangan-serangan," kata Pompeo dalam satu pernyataan.
Akan tetapi, Pompeo tidak secara tegas mengatakan apakah tanggapan AS akan dilakukan dalam waktu dekat, dan para pejabat AS lainnya tidak mengungkap pilihan-pilihan aksi yang mungkin dilakukan. Selain itu, Pompeo mengatakan ancaman-ancaman terhadap personel dan sarana AS di Irak "meningkat dan tertentu" dan menambahkan Washington bekerja sama dengan pasukan Irak dan sekutu-sekutu AS untuk mengatasinya.
"Kami melihat ke pihak internasional yang tertarik dengan perdamaian dan stabilitas di Irak dan kawasan itu untuk memperkuat pesan kami kepada Iran terkait dengan sikap mereka yang tak dapat diterima," katanya.
Baca juga: Donald Trump dan Hassan Rouhani Saling Ancam
Dalam pernyataan, Departemen Luar Negeri AS memerintahkan para staf konsulat itu yang secara teknis diperintahkan berangkat walau beberapa dapat tinggal di kompleks diplomatik. Langkah tersebut diyakini menutup secara efektif konsulat tersebut, setidaknya untuk waktu sementara.
Keputusan itu terjadi beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani saling ejek di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, dengan Trump berjanji akan memberlakukan sanksi lagi dan menuduh pemimpin Iran menebar kekacauan, kematian dan kehancuran.