Ahad 30 Sep 2018 11:21 WIB

BMKG: 201 Kali Gempa Susulan Guncang Sulteng

Warga memadati lapangan dan ruang terbuka untuk menghindar dari gempa susulan.

Suasana jembatan kuning pada Sabtu (29/9). Jembatan ini ambruk akibat gempa 7,4 SR dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9).
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Suasana jembatan kuning pada Sabtu (29/9). Jembatan ini ambruk akibat gempa 7,4 SR dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BMKG mencatat hingga Ahad (30/9) pagi, sebanyak 201 kali gempa susulan pascagempa bumi dengan magnitudo 7,4 SR yang mengguncang Donggala Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9) petang. Informasi dari Humas BMKG yang diterima di Jakarta, Ahad, gempa susulan tersebut tercatat hingga pukul 10.00 WIB.

Sementara itu, cuaca di Donggala tercatat cerah berawan pada Ahad pagi dan berawan pada siang, malam hingga dini hari dengan suhu udara 24-35 derajat Celcius dan kelembaban 50-90 persen. Begitu pula dengan cuaca di Palu pada Ahad pagi tercatat cerah berawan dan berawan pada siang, malam, hingga dini hari, dengan suhu udara mencapai 24-33 derajat Celcius dan kelembaban 50-85 persen.

Terdata hingga Sabtu (29/9) malam jumlah korban meninggal dunia mencapai 420 orang. Tim gabungan Basarnas Makassar, Sulsel, dan Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar), telah bergerak untuk membantu melaksanakan misi penyelamatan dan pemulihan pascagempa bumi di Kabupaten Donggala dan Kota Palu, Sulteng.

Berdasarkan pantauan, di lokasi gempa dari Kabupaten Donggala ke Kota Palu, terlihat bangunan rumah dan jalan rusak parah karena gempa dan disapu tsunami. Beberapa kendaraan roda empat ikut rusak tertimpa reruntuhan bangunan dan tanah longsor.

Di wilayah Kota Palu, tampak warga memadati lapangan dan ruang terbuka untuk beristirahat dan menghindar dari terjadinya gempa susulan. Suasana ibu kota Provinsi Sulteng itu sangat sepi dan lumpuh dari aktivitas yang biasanya terlihat riuh. Toko-toko pun tutup untuk menghindari hal yang tidak diiginkan.

Dampak gempa tersebut juga terasa pada sektor perekonomian, terlihat warga antri membeli minyak tanah pada mobil tangki BBM, sementara gas elpiji sangat langka di pasaran. Begitu juga kondisi jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi tidak berfungsi dengan baik.

Sejauh ini kondisi di Kota Palu masih kondusif. Namun, masyarakat enggan masuk ke rumahnya dan memilih istrahat atau tidur di luar rumah pada lokasi terbuka seperti di lapangan dan pinggir jalan karena masih trauma dan masih terjadi getaran gempa susulan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement