Ahad 30 Sep 2018 22:56 WIB

Liput Bencana, Jurnalis TV Diimbau Kedepankan Kode Etik

Eksploitasi visual korban bencana dengan menayangkan secara berulang tak dibenarkan.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Endro Yuwanto
Sejumlah bantuan sembako dipersiapkan untuk diberangkatkan ke Kota Palu, Sulawesi Tengah di Landasan Udara (Lanud) Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Ahad (30/9).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah bantuan sembako dipersiapkan untuk diberangkatkan ke Kota Palu, Sulawesi Tengah di Landasan Udara (Lanud) Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Ahad (30/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jurnalis memiliki tugas dan tanggung jawab mengabarkan segala informasi, termasuk informasi terkait bencana alam. Ketua Umum Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Yadi Hendriana mengimbau kepada seluruh jurnalis televisi dalam meliput bencana harus berpegang teguh pada Kode Etik Jurnalistik (KEJ) serta Pedoman Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran (P3SPS).

"Tidak mengeksploitasi visual korban bencana dengan menayangkan secara berulang-ulang, terutama visual tsunami yang ditayangkan dalam filler," kata Yadi dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (30/9).

Selain itu, Yadi juga mengimbau kepada jurnalis yang meliput bencana alam untuk menjaga sopan santun, etika, dan empati pada korban saat meliput di lokasi bencana. Dalam peliputan bencana alam, menurutnya, tugas jurnalis adalah menggali, mendapatkan, dan menyebarkan informasi yang terverifikasi dari lokasi bencana terutama tentang jaminan hidup, keamanan, dan optimisme penanganan dari pemerintah untuk korban, serta informasi keluarga.

"Sajikan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan menjadi rujukan bagi pemerintah untuk mengambil keputusan tepat dalam penanganan korban gempa tsunami," kata Yadi.

Yadi menambahkan, jurnalis perlu berhati-hati pada saat melakukan wawancara live terutama wawancara dengan korban dan tetap memegang teguh etika. Informasi yang disajikan diharapkan informasi yang bisa menumbuhkan semangat bagi korban gempa untuk bangkit pasca-bencana.

Jurnalis juga diharapkan ikut mengawasi dan mengawal kebijakan pemerintah dalam penanganan korban pasca-gempa sehingga efektif dan tepat sasaran. "Bagi jurnalis yang sedang bertugas di lokasi bencana harap mengutamakan keselamatan diri (safety first)," ujar Yadi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement