REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hingga saat ini proses evakuasi korban bencana gempat dan tsunami Palu - Donggala masih berlangsung. Di tengah proses evakuasi, aparat juga menjaga objek vital yang rawan penjarahan.
"Polri dan TNI melakukan penjagaan-penjagaan di SPBU dan minimarket guna menghindari penjarahan-penjarahan oleh masyarakat yang membutuhkan makanan," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Hubungan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo dalam konfirmasinya, Ahad (30/9).
Dedi yang juga terjun meninjau gempa mendampingi Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, mengatakan, saat ini semua satgas baik dari Polri maupun TNI masih bekerja. Para personel masih fokus dalam mengevakuasi para korban, baik korban meninggal maupun korban luka-luka. Personel juga berupaya mendistribusikan bantuan pada para korban.
"Bantuan terus berdatangan baik pasukan TNI Polri, peralatan, obat-obtan dan makanan," kata dia.
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo membantah kabar penjarahan toko pascagempa bumi di Palu. Tjahjo menjelaskan, ia berada di lokasi saat peristiwa tersebut terjadi. Tjahjo menjelaskan, saat itu kondisi mati listrik. Bandara pun runtuh.
Halaman bandara kemudian menjadi tempat pengungsi. Di lokasi itu, terdapat toko yang roboh, makanan dan minuman di toko tersebut berhamburan. "Kemudian diambil masyarakat. Jadi bukan penjarahan," kata Tjahjo dalam siaran persnya di Jakarta, Ahad (30/9).
Diketahui, Gempa berkekuatan 7,7 skala richter (SR) mengguncang Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, dan sekitarnya pada pukul 17.02 WIB, Jumat (28/9). Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan, gempa bumi disebabkan aktivitas sesar Palu Koro.
Hingga Ahad (30/9) pukul 13.00 WIB, telah tercatat ada 832 korban jiwa akibat gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan jumlah tersebut masih bisa bertambah.