REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pemerintah Provinsi Bali menargetkan pertumbuhan ekonomi Pulau Dewata sepanjang lima tahun ke depan mencapai tujuh persen. Gubernur Bali, Wayan Koster mengatakan angka rata-rata tersebut dapat dicapai dengan mendorong kontribusi sektor pertanian untuk menyeimbangi pariwisata.
"Sektor pertanian perlu diseimbangkan dengan industri pariwisata," katanya di Denpasar, Senin (1/10).
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksikan pertumbuhan ekonomi Bali tahun ini mencapai 6,54 persen didorong pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank), 8-14 Oktober mendatang. Tanpa agenda tersbeut, pertumbuhan ekonomi Bali diproyeksikan hanya 5,9 persen.
Koster mengatakan industri pariwisata di Bali saat ini mendominasi 65 persen pertumbuhan ekonomi. Pertanian berada di posisi kedua dan kontribusinya menurun beberapa tahun terakhir.
Gubernur yang juga politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) ini mengatakan dampak pertemuan IMF-Bank Dunia akan memunculkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru di Bali. Pemerintah daerah bisa memanfaatkannya dengan mengembangkan kawasan Bali Barat, Bali Timur, dan Bali Utara.
"Saat ini semua terpusat di Bali Selatan," ujarnya.
Bali memperoleh sejumlah dukungan pembangunan infrastruktur untuk memperlancar pertemuan tiga tahunan dua lembaga ekonomi terbesar di dunia tersebut. Bentuknya adalah pengembangan Bandara Internasional Ngurah Rai, underpass Ngurah Rai, pengembangan Pelabuhan Benoa, penyelesaian pembangunan Garuda Wisnu Kencana, dan penanganan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarbagita Suwung.
Pertemuan IMF-Bank Dunia diproyeksikan akan menambah pendapatan domestik regional bruto (PDRB) Bali hingga Rp 1,2 triliun. Ada juga penambahan jumlah kesempatan kerja 32.700 orang atau meningkat 1,26 persen sepanjang tahun ini. Upah riil juga meningkat 1,13 persen.