Senin 01 Oct 2018 17:19 WIB

Kementan Usulkan Industri Pakan Dekat ke Sentra Bahan Baku

Dengan lokasi yang berdekatan, pasokan dan penyaluran lebih efisien.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Friska Yolanda
Petani menata jagung usai dipanen di area pertanian Desa Paron, Kediri, Jawa Timur, Selasa (25/9). Pemerintah melalui Peraturan Presiden (Perpres) menaikkan Harga Pokok Penjualan (HPP) komoditas jagung dari sebelumnya Rp1.000-Rp1.500 per kilogram menjadi Rp3.150 per kilogram.
Foto: Prasetia Fauzani/Antara
Petani menata jagung usai dipanen di area pertanian Desa Paron, Kediri, Jawa Timur, Selasa (25/9). Pemerintah melalui Peraturan Presiden (Perpres) menaikkan Harga Pokok Penjualan (HPP) komoditas jagung dari sebelumnya Rp1.000-Rp1.500 per kilogram menjadi Rp3.150 per kilogram.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga jagung yang tinggi membuat industri pakan kesulitan menjaga harga. Padahal, produksi jagung mencukupi dan tidak mengalami kenaikan harga di sentra jagung.

"Sudah saatnya peternak mendekat ke sentra produksi supaya logistiknya murah, ini harus dipikirkan," kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Sumarjo Gatot Irianto dalam konferensi pers di Gedung Ditjen Tanaman Pangan, Senin (1/10).

Selama ini, Pulau Jawa menjadi sentra peternakan ayam dan industri pakan. Padahal, di Jawa ini tanaman jagung yang ada berebut lahan dengan padi. Banyak petani beralih menanam jagung karena permintaan yang tinggi, kepastian hargan yang tinggi, produksi yang baik dan keuntungan yang tinggi.

Untuk itu, ia mendorong investasi bergerak ke daerah. "Kalau tetap di sini pemerataan pembangunan nggak ada," katanya.

Dengan mengalihkan investasi ke luar pulau Jawa dan mendekat dengan sentra jagung, distribusi bisa berjalan lebih efisien. Saat ini, rata-rata perkembangan harga jagung pipilan kering (PK) di tingkat petani sejak Januari sampai September 2018 cenderung meningkat. Harga tertinggi di September 2018 yaitu sebesar Rp 4.144 per kilogram (kg). Meski tinggi, namun harga jagung sempat jatuh pada awal tahun.

"Harganya memang naik, sekarang mereka baru menikmati orang sudah teriak-teriak," ujarnya. 

Untuk diketahui, produksi jagung tertinggi/puncak produksi 2018 pada Februari 2018 sebesar 4,29 juta ton PK dengan luas panen 859 ribu hektare. Produksi terendah diperkirakan pada November 2018 sebesar 1,52 juta ton PK dengan luas panen 247.306 hektare.

Sementara itu, menanggapi usulan investasi di luar Jawa menurut Dewan Penasehat Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Sudirman tanpa disuruh, sebenarnya industri pakan sudah menyebar ke daerah-daerah di luar Jawa. Misalnya di Sulawesi Selatan, Banjarmasin (Kalimantan Selatan), Medan (Sumatera Utara), Lampung dan Padang (Sumatera Barat).

"Di Jawa pun sudah tidak terkonsentrasi di Banten dan Jatim saja kok," katanya.

Sekarang industri pakan sudah berkembang ke daerah baru seperti Cirebon (Jawa Barat), Batang (Jawa Tengah) dan Grobogan (Jawa Tengah). Daerah-daerah tersebut  merupakan sentra jagung dan memiliki peternakan.

Produksi jagung di Kolaka (Sulawesi Tenggara) dan Tojo Una Una (Sulawesi Tengah) juga cukup besar hanya saja tidak banyak penduduk. 

Baca juga, Pasokan Jagung Dipastikan Aman Hingga Akhir Tahun

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement