Senin 01 Oct 2018 19:21 WIB

Presiden Erdogan Samakan Kelompok Oposisi dengan ISIS

Partai Pekerja Kurdistan dinilai membunuh warga sipil seperti ISIS.

Rep: Lintar Satria / Red: Nur Aini
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto: Presidential Press Service via AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Dalam kunjungannya ke Jerman, Presiden Turki Recep Tayyep Erdogan menyerang kelompok oposisi pemerintah Partai Pekerja Kurdistan (PKK). Ia mengatakan tidak ada bedanya teroris ISIS dengan PKK.

"Kami menganggap kekejaman Daesh (ISIS) yang mana membunuh warga sipil di pasar di Berlin sama dengan pembunuh PKK yang menjadikan Bedirhan berusia 11 bulan sebagai martir bersama ibunya dua bulan lalu," kata Erdogan di Masjid Agung Cologne, seperti lansir dari Anadolu Agency, Senin (1/10).

Erdogan juga menyerukan perlawanan terhadap rasisme di Eropa. Ia mengatakan Islamaphobia, xenophobia, dan rasisme penyakit yang membahayakan baik saat ini maupun di masa depan.

"Kita semua (orang Turki) harus melawan tren ini, yang merusak kedamaian sosial dan menggerogoti kebudayaan koeksistensi," kata Erdogan.

Ia juga mengatakan ada sebagian orang di Eropa yang menghubungkan semua muslim, dengan lebel 'Islamist' dan 'Jihadist' dengan kelompok teror. Padahal sebagian besar korban kelompok teroris adalah orang muslim. Erdogan juga mengatakan ia berharap politisi dan media di Eropa untuk menahan diri memberikan pernyataan yang menyudutkan muslim. "Kami mengatakan rasisme ini harus dihentikan," kata Erdogan.

Erdogan juga mengatakan saat ini kelompok-kelompok teroris seperti ISIS, PKK, dan Organisasi Teroris Fetullah (FETO) menarik anak-anak muda. Sementara, kelompok-kelompok rasis mengabaikan hak-hak muslim.

"Kami tidak akan membiarkan tangan-tangan PKK dan simpatisan FETO mengganggu rakyat kami dan melukai hubungan Turki-Jerman, kami berharap sahabat-sahabat Eropa kami untuk lebih intensif melawan kelompok teror," ujarnya.

Erdogan mengatakan harusnya tidak ada lagi polusi simbol-simbol kelompok teror PKK di pusat-pusat kota Eropa. Turki menuduh FETO dan pemimpin mereka yang kini ada di Amerika Serikat (AS) Fetullah Gulen bertanggungjawab atas kudeta gagal yang mengakibatkan kematian 251 orang dan melukai 2.200 orang pada 15 Juli 2016 lalu.

Sementara itu sudah hampir 30 tahun Turki berperang melawan PKK. Mereka melabeli kelompok etnis Kurdi sebagai teroris. PKK juga dianggap bertanggungjawab atas kematian lebih dari 40 ribu orang selama pemberontakan mereka sejak 1978.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement