Senin 01 Oct 2018 20:55 WIB

Lombok Barat Relokasi Ratusan Pedagang Pascagempa

Jumlah pedagang yang direlokasi sebanyak 420 orang

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Hunian sementara (huntara) rumah ramah gempa (RRG) Kementerian BUMN di Desa Guntur Macan, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, NTB, sudah bisa dihuni warga terdampak gempa, Jumat (28/9).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Hunian sementara (huntara) rumah ramah gempa (RRG) Kementerian BUMN di Desa Guntur Macan, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, NTB, sudah bisa dihuni warga terdampak gempa, Jumat (28/9).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Ratusan pedagang di Pasar Gunung Sari, Lombok Barat, direlokasi ke tempat baru yang berjarak sekitar 500 meter dari tempat semula yakni pasar darurat di belakang GOR Gunungsari.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Lombok Barat, Dar Sapardi, mengatakan, relokasi dilakukan lantaran kondisi pasar yang cukup parah pascagempa sehingga berbahaya untuk ditempati.

Dia menjelaskan, jumlah pedagang yang direlokasi itu sebanyak 420 orang yang terdiri atas pedagang los dan pelataran. Sapardi memastikan, di tempat yang baru ini semua pedagang kebagian tempat.

"Semua pedagang sudah diakomodir dan sudah menempati los pasar sesuai dengan tempatnya yang dulu. Kalau yang dulu di pasar lama berjualan di depan, sekarang pun di depan. Begitu pula yang dulu di belakang, sekarang taruh di belakang. Bahkan para pedagang yang dulunya berjualan di pelataran atau emperan, kini sudah bisa masuk di los-los yang ada," ujar Sapardi di Lombok Barat, NTB, Senin (1/10).

Ia menyebutkan jumlah los yang ada sekarang ini cukup banyak, dengan rincian 4 los berkpasitas 100 pedagang dari Badan Amil Zakat Nasional, 20 tenda dagang dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Lombok Barat, dan 20 los yang dibangun sendiri oleh para pedagang.

"Untuk sarana lainnya seperti tempat MCK sudah disiapkan meski sederhana dan air yang masih pakai gayung dari sumur setempat. Begitu pula tempat parkir sudah ada walau lokasinya masih menyesuaikan dengan kondisi di lapangan," kata Sapardi.

Ia melanjutkan, kekurangan yang ada saat ini ialah belum adanya kontainer sampah dan listrik. Sapardi berharap dinas terkait bisa segera membantu kontainer dan juga adanya aliran listrik.

Terkait akses jalan ke pasar yang agak sempit dan berpotensi macet, Sapardi tidak khawatir. Ia sudah menghubungi Dinas Perhubungan Lombok Barat untuk mengatur akses jalan agar jangan sampai macet dengan membedakan jalan masuk dan keluar pasar.

"Masuk lewat selatan, keluar lewat utara. Kalau tidak begitu akan macet," ucapnya.

Kepala Bidang Operasional Pol PP Lombok Barat, I Ketut Rauh, SSTP yang memimpin pengamanan relokasi menjelaskan, pihaknya mulai turun ke lokasi sejak 29 dan 30 September 2018. Dua hari itu digunakan untuk memberikan himbauan kapada pedagang agar 1 Oktober 2018 sudah menempati pasar darurat yang berlokasi di belakang GOR Gunungsari.

"Semua pedagang tidak boleh berjualan di pasar lama, kecuali ruko di depan pasar yang tidak masuk sasaran," kata Rauh.

Meskipun sebagian besar pedagang mendukung program ini, tapi masih ada yang bertahan alias tak mau pindah. Rauh mengatakan ada lima pedagang yang enggan direlokasi dengan alasan pasar darurat yang ada belum dianggap siap.

"Untuk yang tidak mau direlokasi, dagangannya langsung diangkat lalu dipindahkan ke lokasi yang baru. Akhirnya mereka mau juga pindah walapun Pol PP yang harus membantu membawakan dagangannya ke lokasi baru," ucap Rauh.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement