REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah korban jiwa pascagempa dan tsunami di Palu dan Donggala dilaporkan terus bertambah. Kebutuhan logistik pun mendesak. Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyatakan siap melayarkan Kapal Kemanusiaan untuk Palu dan Donggala guna membantu para korban gempa.
President ACT, Ahyudin menyebut bencana di Palu dan Donggala dampaknya sangat masif. Krisis sudah dimulai dari langkanya logistik makanan dan minuman untuk puluhan ribu pengungsi. Bahkan krisis juga terjadi di daerah lain, seperti Parigi Moutong dan Sigi.
"Dalam waktu dekat kita akan layarkan Kapal Kemanusiaan untuk membawa kebutuhan logistik, terutama makanan dan minuman," kata Ahyudin dalam keterangan tertulis yang didapat Republika.co.id, Selasa (2/10).
Ia berkata, kapal kemanusiaan untuk Palu Insya Allah akan mengangkut 1.000 ton beras dan 500 ton logistik berisi kebutuhan dasar untuk para pengungsi. "Menyusul juga akan dikirimkan dari daerah cabang-cabang ACT lainnya," ujar dia.
Vice Presudent ACT Insan Nurrohman menyebut Kapal Kemanusiaan ini akan dilayarkan dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, juga dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Kapal Kemanusiaan ACT ini akan langsung berangkat menuju Palu, Sulawesi Tengah.
Berangkat dengan membawa 1.000 ton beras dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Sementara dari Jakarta, kapal akan membawa sekitar 500 ton logistik campuran diantaranya kebutuhan dasar seperti selimut, tenda, genset, air minum, makanan bayi dan lain-lain.
Insan menambahkan, dari Tanjung Perak Surabaya, Kapal Kemanusiaan akan menggunakan Kapal Republik Indonesia (KRI) Teluk Ende. "Sekali lagi, Kapal Kemanusiaan ACT akan bersinergi dengan TNI AL. Beberapa waktu lalu, Kapal Kemanusiaan untuk Lombok juga menggunakan KRI Banjarmasin (592). Insya Allah dari Tanjung Perak akan 1.000 ton logistik beras untuk Palu akan diangkut dengan KRI Teluk Ende dari TNI AL," ujarnya.
Sementara itu, dari Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), ACT pun akan mengirimkan langsung 1.000 ton lagi bantuan beras untuk Palu dan Donggala. Beras dari Sidrap akan dikirimkan melalui jalur darat menuju Palu-Donggala.
"Lebih dulu dibanding Kapal Kemanusiaan berlayar, bantuan beras juga akan dipasok dari Lumbung Pangan Wakaf (LPW) yang berada di Sidrap. Jalur darat dipilih untuk membawa beras dari Sidrap sampai Palu dan Donggala," ujar Insan.
Ribuan ton beras yang dikirimkan via Kapal Kemanusiaan maupun jalur darat, dipasok dari Lumbung Pangan Wakaf yang dikelola Global Wakaf ACT. Lumbung Pangan Wakaf yang memasok bantuan beras untuk Palu berada di Kabupaten Blora, Jawa Tengah dan Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan.
Hingga Selasa (1/10) pagi, keadaan Kota Palu masih lumpuh total. Salah satu anggota tim ACTNews yang berada di Palu, Nimas Afridha, melaporkan makanan dan minum masih sangat sulit didapat. Bahkan untuk sekadar sebotol air minum hampir mustahil ditemukan di seluruh kota.
"Kebutuhan logistik sedang benar-benar kritis. Pengungsi sudah mulai banyak yang kelaparan, berhari-hari tidak menemukan makanan dan minum," ujar Nimas.
Listrik yang padam, BBM yang sulit didapat, dan akses menuju Palu yang masih sangat terbatas menjadi hambatan. Stok logistik pun masih sangat kurang. Kondisi dimana listrik yang belum hidup, bahan bakar tidak ada dan relawan lokal yang terdampak gempa dan tsunami masih tersebar mengurus keluarga mereka terlebih dahulu. Distribusi bantuan akhirnya masih terhambat dan tidak merata.