REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN -- Sebanyak 12 alat peringatan dini tsunami (Earli Warning Sistem Tsunami) yang terpasang di kawasan pantai Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, dalam kondisi rusak. Hal ini membuat alat itu tidak dapat berfungsi untuk memberitahukan secara dini kepada masyarakat ketika ada ancaman bahaya bencana tsunami.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (DPKPB) Kabupaten Pangandaran, Nana Ruhena mengatakan, total, terdapat 14 alat peringatan yang terpasang. “Namun, yang masih berfungsi hanya dua buah,” kata Nana, Selasa (2/10).
Menurutnya, pemerintah telah memasang 14 alat peringatan tsunami tersebut sebagai alat untuk memberitahukan masyarakat pesisir pantai tentang ancaman bencana tsunami. Alat itu pun sudah terpasang sepanjang pantai Kabupaten Pangandaran mulai dari Kalipucang sampai Cimerak.
Sebagian besar kondisi alat tersebut rusak karena korosi. Sedangkan dua alat peringatan tsunami yang masih berfungsi hanya di dua titik yakni di Bojes dan Telkom Pangandaran.
Ia menyampaikan, alat peringatan tsunami yang rusak itu kondisinya sangat parah sehingga tidak bisa diperbaiki. Menurut dia, alat yang rusak itu sebaiknya diganti dengan yang baru agar keberadaannya dapat berfungsi optimal. "Susah diperbaiki, komponennya susah, lebih baik beli yang baru," kata Nana.
Ia menambahkan, Pemerintah Kabupaten Pangandaran sedang mengusulkan bantuan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk pengadaan alat peringatan tsunami. Setelah terpasang, kata dia, pemerintah daerah akan melakukan perjanjian dengan masyarakat setempat untuk menjaga, merawat dan memberikan informasi apabila ada yang rusak.
Sebelumnya, wilayah Pangandaran yang sebelumnya masuk wilayah administrasi Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, pernah dilanda bencana tsunami pada 2007. Bencana tsunami tersebut telah menimbulkan korban jiwa serta kerusakan sarana dan prasarana di kawasan pantai.