REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PSSI mengkaji aturan pemain dapat menghentikan permainan jika mendapatkan nyanyian rasial di stadion. Hal tersebut disambut baik oleh pendukung Persib, Bobotoh.
Ketua Viking Girls, Triana Pudjiastuti mengakui bahwa Bobotoh sebenarnya sudah mengurangi nyanyian tersebut sejak 2012 lalu.
"Apalagi waktu Persib menang 2014 lalu, sudah tidak terdengar lagi nyanyian rasial," kata Bunda Ana, sapaannya saat ditemui Republika di Graha Persib, Jalan Sulanjana, Kota Bandung, Selasa (2/10).
Bunda Ana memang mengakui bahwa terdapat beberapa faktor yang membuat satu stadion menyanyikan chant rasial. Seperti rivalitas, provokasi dan edukasi penonton.
"Provokasi bisa apapun bentuknya. Bisa saja nyanyian itu dimulai dari satu sisi stadion kemudian menggema ke seluruh stadion," jelasnya.
Dia menilai, memang harus ada penyuluhan soal menghilangkan secara penuh nyanyian. Namun Bunda Ana mengakui memang ada prosesnya.
"Karena balik lagi menyangkut orang banyak. Jadi butuh proses, saya pribadi optimis bisa hilang. Karena chant wajar ga masalah," tegasnya.
Tapi Bunda Ana menggarisbawahi beberapa poin dalam nyanyian rasial ini. Dimana nyanyian chant memang ditujukkan untuk menjatuhkan mental tim lawan. Sehingga harus dibedakan mana batasan rivalitas hingga bisa disebut rasial.
"Ini sebenarnya pekerjaan rumah PSSI. Dimana batasan ukuran rasis, apakah ngomong kasar itu rasis atau bukan," jelasnyam
Karena menurutnya, rasial justru hadir jika penonton menyerukan tim lawan dengan meniru suara monyet. "Warna kulit atau suku juga misalnya, karena ngomong kasar bukan rasis, pelecehan ok lah," tutupnya.