Selasa 02 Oct 2018 20:14 WIB

Semua Kota Besar Dinilai Rawan Ambles Tertimbun Lumpur

Likuifaksi biasa terjadi di daerah pantai dan sungai.

Rep: Gumanti Awaliyah / Red: Nur Aini
Kerusakan akibat gempa 7,4 pada skala richter (SR) di kawasan Kampung Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (2/10).
Foto: Antara/Muhammad Adimadja
Kerusakan akibat gempa 7,4 pada skala richter (SR) di kawasan Kampung Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (2/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Geolog dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto menyebut, hampir semua kota besar di Indonesia memiliki kerawanan terjadi likuifaksi. Hanya saja kekuatan atau parahnya likuifaksi bergantung pada pasir lepas kaya air, yang berada di bawah tanah.

"Fenomena likuifaksi biasa terjadi di daerah pantai, sungai yang dekat gunung berapi aktif, dan sungai tanpa berdekatan gunung berapi. Dan seperti kita ketahui kota-kota besar atau sedang di Indonesia dekat dengan pantai, jadi kerawanan itu ada," kata Eko ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (2/10).

Dia melanjutkan, fenomena likuifaksi bukan gejala yang diakibatkan sesar atau patahan. Sesar, kata dia, hanya akan menghasilkan gempa dan memberikan tekanan dan gelombang di permukaan bumi.

"Kemudian tekanan gelombang inilah yang akan menekan lapisan pasir lepas yang kaya air itu, sehingga kemudian dia akan menyemburkan bubur pasir di tempat," kata Eko.

Eko mengatakan, likuifaksi adalah gejala yang normal berkaitan dengan kejadian gempa pada banyak atau sebagian kasus gempa. Di beberapa musibah gempa seperti di Lombok dan gempa Padang 2009, fenomena likuifaksi juga terjadi. Meskipun kekuatannya tidak sebesar likuifaksi di Palu.

"Kita sudah punya metode likuifaksi di suatu tempat, tapi untuk mengukur keparahan likuifaksi yang akan terjadi kita harus data satu persatu tempatnya," kata dia.

Sebelumnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho juga mengatakan, kejadian likuifaksi di Kota Palu bukanlah yang pertama kali terjadi. Pada gempa bumi yang terjadi di Lombok, likuifaksi juga terjadi. Namun, skalanya lebih kecil.

"Tidak semua tempat yang terjadi gempa, terjadi juga likuifaksi. Di Lombok terjadi, tapi kecil. Tapi kalau kita melihat di Palu, likuifaksi yang terjadi begitu besar," kata dia saat konferensi pers di Graha BNPB, Senin (1/10).

Ia menjelaskan, terjadinya likuifaksi disebabkan oleh guncangan gempa. Kondisi material geologi yang ada di tanah juga ikut memengaruhi. Ketika guncangan terjadi, tanah menjadi cair karena material air yang tinggi.

Dalam volume air yang besar, kata dia, tanah menjadi gembur. Akibatnya, bangunan di atas tanah, perumahan, dan pohon, itu berjalan pelan-pelan sampai akhirnya ambles dan tertimbun oleh lumpur.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement