REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo akan melakukan perjalanan keempatnya ke Korea Utara (Korut) pada Ahad (7/10). Kunjungan tersebut dilakukan untuk melanjutkan pembicaraan tentang denuklirisasi Semenanjung Korea.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert mengungkapkan, dalam kunjungan nanti, Pompeo akan bertemu pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un. Momen itu akan dimanfaatkan Pompeo untuk mendorong Korut mempercepat proses denuklirisasi.
“Percakapan ini berjalan ke arah yang benar dan kami merasa cukup percaya diri untuk naik ke pesawat menuju ke sana (Korut) dan melanjutkan percakapan. Kebijakan kami tidak berubah, segalanya sesuatunya tetap berlaku, seperti sanksi, tetap diterapkan,” kata Nauert pada Selasa (2/10), dikutip laman Yonhap.
Nauert menyinggung tentang keinginan Kim menuntaskan proses denuklirisasi sebelum 2021. Menurutnya AS benar-benar berharap hal itu dapat terealisasi. “Kami bekerja menuju tujuan itu,” ujarnya.
Dari Pyongyang, Pompeo akan bertolak ke Seoul untuk bertemu Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in dan Menteri Luar Negeri Korsel Kang Kyung-wha. Setelah itu, Pompeo akan melanjutkan perjalanannya ke Cina. Kunjungan ke dua negara itu akan turut dimanfaatkan Pompeo untuk membahas tentang denuklirisasi Korut.
Saat perhelatan sidang Majelis Umum PBB di New York, AS, pekan lalu, Pompeo sempat bertemu Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong-ho. Pada kesempatan itu, Ri menyampaikan kepada Pompeo bahwa Kim Jong-un mengundangnya untuk berkunjung lagi ke Pyongyang.
Namun saat berpidato di Majelis Umum PBB, Ri mengecam AS karena terus menekan Korut dengan sanksi berlapis. Padahal Korut telah menunjukkan komitmen untuk melakukan denuklirisasi, yakni dengan menghentikan uji coba rudal serta nuklir dan menutup situs-situs tersebut.
Oleh sebab itu, menurut Ri, Korut tidak mungkin menghentikan sepenuhnya program nuklirnya sebelum melihat langkah-langkah yang membangun kepercayaan dari Washington. Sebab ia berpendapat keamanan nasional negaranya bergantung pada AS.
Baca: Donald Trump: Raja Salman tak akan Mampu Berkuasa Tanpa AS