REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyatakan, pelemahan kurs rupiah masih dipengaruhi faktor global. Seperti diketahui, mata uang Garuda itu terus terdepresiasi hingga menembus level Rp 15 ribu per dolar AS.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman Zainal mengatakan, bank sentral telah merespons pelemahan rupiah dengan berbagai cara. "Respon kita sudah disampaikan di Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan beberapa hari yang lalu," katanya kepada Republika.co.id, Rabu, (3/10).
Intinya, kata dia, Indonesia harus mengurangi Current Account Deficit (CAD). "Kita juga harus jaga daya tarik sektor keuangan kita," ujarnya.
Baca juga, Rupiah Melemah, Faisal Basri: Saya Yakin Elite Ternak Dolar.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menambahkan, bank sentral terus berada di pasar. "Kita terus ada di pasar menstabilkan rupiah yang tekanannya cukup besar," tegasnya saat dihubungi Republika.co.id, Rbu (3/10).
Berdasarkan pantauan Republika, kurs rupiah masih berada di zona merah pada Rabu saing. Dilansir Bloomberg, mata uang Tanah Air ini melemah 0,19 persen atau atau 29 poin ke Rp 15.072 per dolar AS.
Sebelumnya pagi tadi dibuka melemah 45 poin atau 0,3 persen. Dengan begitu berada di level Rp 15.088 per dolar AS. Sementara berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, (3/10), kurs rupiah berada di posisi Rp 15.088 per dolar AS. Nilai tersebut lebih lemah dibandingkan posisi kemarin, Selasa (2/10), di Rp Rp 14.988 per dolar AS.