Rabu 03 Oct 2018 18:40 WIB

Polisi Blusukan ke 23 Rumah Sakit untuk Ungkap Hoaks Terbaik

Polisi tak bilang Ratna berbohong, Ratna menyebut dirinya pencipta hoaks terbaik.

Rep: Arif Satrio Nugroho, Dedy Darmawan Nasution, Umar Mukhtar/ Red: Ratna Puspita
Ekpresi aktivis kemanusiaan, Ratna Sarumpaet memberikan keterangan kepada media terkait pemberitaan penganiyaan terhadap dirinya di kediaman Ratna Srumpaet, Jakarta, Rabu (3/10).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Ekpresi aktivis kemanusiaan, Ratna Sarumpaet memberikan keterangan kepada media terkait pemberitaan penganiyaan terhadap dirinya di kediaman Ratna Srumpaet, Jakarta, Rabu (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepolisian bergerak cepat merespons kabar penganiayaan terhadap aktivis Ratna Sarumpaet yang beredar melalui media sosial pada Selasa (2/10). Kasus penganiayaan yang tidak termasuk delik aduan menjadi dasar polisi untuk mendatangi rumah sakit, bandara, dan kepolisian di Bandung, Jawa Barat.

Bandung disebut menjadi lokasi penganiayaan anggota tim kampanye Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tersebut. Berdasarkan cerita yang beredar, Ratna dipukuli, dan bahkan diinjak di bagian perutnya, di sebuah lokasi di dekat Bandara Husein Sasatranegara, Bandung. 

Baca Juga

Kejadian terjadi pada 21 September lalu. Saat itu, Ratna mengantarkan baru menghadiri acara konferensi dengan peserta beberapa negara asing di sebuah hotel. Untuk melengkapi cerita, peserta negara asing tersebut disebut berasal dari Sri Langka dan Malaysia.

Berdasarkan cerita, penganiayaan terjadi ketika dua teman asing tersebut turun di bandara. Cerita memasukan jumlah penganiaya, yakni tiga orang. 

Cerita tersebut juga rinci, termasuk langkah Ratna setelah dipukuli. Ratna mencari kendaraan menuju rumah sakit di Cimahi serta menelepon temannya seorang dokter bedah dan langsung ditangani.

Berbekal cerita yang termuat di media massa ini, polisi melakukan penelusuran. Hingga Selasa petang, polisi sudah menyelesaikan pengecekan ke 23 rumah sakit, kantor polisi, dan bandara di Bandung.

photo
Kadiv Humas Mabes Polri, Setyo Wasisto

Dari penelusuran di rumah sakit, polisi tidak menemukan ada pasien bernama Ratna. Hasil penelusuran, kepolisian juga menyimpulkan tidak ada ruang rawat inap dengan wallpaper berwarna cokelat seperti yang tampak dalam foto Ratna di media sosial.

Begitupula hasil penelusuran di kantor polisi. “Polrestabes Bandung dan 28 Polsek Jajaran dari tanggal 21 September sampai 2 Oktober 2018, tidak ada Laporan Polisi penganiayaan atas nama korban Ratna Sarumpaet," demikian tertulis dalam laporan yang telah dibenarkan Kadiv Humas Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto, Selasa (2/10).

Selain mendata laporan polisi dan pasien rumah sakit, polisi juga telah menyisir manifes penerbangan di Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Sebab disebutkan lokasi penganiayaan Ratna berada di kota kembang.

Setyo pun menyebutkan, jika tak ada nama Ratna Sarumpaet sebagai penumpang di Bandara tersebut. "Tidak ada nama Ratna Sarumpaet  dalam manifes keberangkatan dan kedatangan," kata dia.

Sementara itu, komentar-komentar bermunculan di media sosial. Sebagian membela Ratna, sebagian lagi menyatakan kabar penganiayaan Ratna sebagai disinformasi alias kabar salah yang sengaja diproduksi. 

Mereka yang menganggap cerita Ratna sebagai hoaks pun menyodorkan argumennya. Argumen pertama, yakni kondisi wajah Ratna. Lebam di wajah Ratna, khususnya di bagian mata, memiliki kemiripan. 

Orang yang dipukuli biasanya tidak memiliki lebam yang sama di bagian kanan-kiri tubuh. Sebab, pemukulan tidak dilakukan secara presisi pada kedua bagian tubuh.

Wallpaper rumah sakit menjadi argumen kedua. Sebagian pengguna media sosial menyatakan wallpaper tersebut mirip dengan Rumah Sakit Kecantikan Bedah Bina Estetika di Menteng, Jakarta Pusat. 

Cerita menemui klimaksnya pada Rabu (3/10) pagi atau beberapa jam sebelum konferesi pers kepolisian. Sebuah file berjudul ‘Laporan Penyelidikan Viralnya Berita Pengeroyokan Ratna Sarumpaet’ tersebar lewat pesan percakapan. File berisi delapan slide presentasi tersebut memuat hasil penyelidikan polisi di Bandung dan RS Bina Estetika, Menteng.  

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Nico Afinta mengatakan pendalaman kepolisian terkait kabar penganiayaan yang dialami Ratna menunjukan hasil berbeda dari keterangan orang-orang di kubu Prabowo-Sandi. Penyelidikan kepolisian mengarah pada RS Bina Estetika. 

Berdasarkan penyelidikan polisi, Nico menuturkan, pada tanggal 20 September 2018, Ratna mendaftar ke RS Bina Estetika, Menteng Jakarta. Lalu pada 21 September 2018, Ratna teregistrasi hadir di rumah sakit kecantikan tersebut. 

Nico juga menerangkan tidak ada konferensi internasional di Kota Bandung pada 21 September 2018. "Kalau ada event internasional pasti Polri akan melakukan pengamanan," ujar Nico. 

Kepolisian juga tidak menemukan saksi yang mendengar dan menyaksikan langsung. “Orang bandara juga tidak ada yang melihat langsung, di rumah sakit juga tidak ada nama Ratna Sarumpaet dan juga ada beberapa pengecekan di bandara dan pihak berwenang di situ," ujar Nico.

Mengenai perbedaan itu, polisi enggan menegaskan bahwa yang disampaikan Ratna adalah bohong. "Silakan disimpulkan sendiri, bisa nggak menyimpulkan, satu orang berada di dua tempat," kata Setyo Wasisto di Mapolda Metro Jaya. 

photo
Suasana kediaman Ratna Sarumpaet, yang diduga menjadi korban pengianiayaan, di Jalan Kampung Melayu Kecil V, Jakarta Selatan, Rabu (3/10). (Republika/Umar Mukhtar)

Pernyataan kepolisian pun mendorong Ratna untuk menggelar konferensi pers di rumahnya di Jalan Kampung Melayu Kecil V, Jakarta, Rabu sore. Kepada wartawan, Ratna mengatakan dia tidak dianiaya oleh sejumlah orang. Ia membenarkan wajah lebam yang diketahui publik lewat foto dan menyebar di media sosial akibat menjalani operasi plastik untuk sedot lemak di pipi. “Ternyata saya pencipta hoaks terbaik,” kata dia.

Ratna pun memohon maaf kepada Prabowo yang dengan tulus membela kebohongannya kemarin. “Saya tidak tahu apa rencana Tuhan dari semua ini. Saya juga meminta maaf kepada Amien Rais, Koalisi 02, saya melukai hati kalian dan membuat kalian marah,” ujar Ratna.

Ratna bersumpah tidak sama sekali berniat untuk membohongi kubu Prabowo. Awalnya, ia mengeluarkan cerita tersebut untuk memberikan alasan atas wajah lebamnya kepada keluarga.

Namun, ia mempertahankan, kebohongan tersebut setelah terlanjur tersebar ke masyarakat luas. Selain memohon maaf kepada koalisi Prabowo, Ratna juga meminta maaf kepada keluarganya. 

Ratna mengatakan ia hanyalah manusia biasa yang mudah tergelincir untuk melakukan kesalahan. “Selama sepekan lebih (kabar lebam karena pemukulan) itu ada di kalangan keluarga saya dan hanya untuk kepentingan keluarga saya. Tidak ada hubungannya dengan politik," ucap dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement