REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) asal Yogyakarta mengirimkan relawannya untuk membantu penyintas korban bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala. Tujuh orang relawan yang memiliki kemampuan rescue dan medis diberangkatkan.
Tujuh orang yang tergabung dalam ACT-MRI ini berangkat ke Makassar menggunakan pesawat komersial. Sesampainya di Makassar, perjalanan akan dilanjut menggunakan pesawat Hercules TNI AU hingga Kota Palu. "Perkiraan sampai di Posko ACT di Palu hari Kamis (4/10) pagi," ujar Kepala Cabang ACT DIY Agus Budi Hariyadi dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Kamia (4/10).
Nurhidayah merupakan satu-satunya relawan perempuan yang ikut diberangkatkan menyampaikan rasa kepeduliannya. Alasan ia ikut misi kemanusiaan ke Palu kali ini karena beberapa hari terakhir ini, adik-adiknya yang berada di asrama menangis.
"Mereka belum mendapat kabar bagaimana kondisi keluarganya di Palu dan Donggala. Melihat saya punya kemampuan di medis saya putuskan untuk ikut berangkat ke Palu," ujarnya.
Nurhidayah merupakan salah satu mahasiswa dari kampus kesehatan. Ia telah bergabung di MRI DIY sejak setahun lalu dan memutuskan untuk berangkat karena panggilan kemanusiaan untuk membantu saudara-saudara di Palu dan Donggala. Lain halnya dengan Aan yang merupakan relawan asli kelahiran Donggala, Sulawesi Tengah. Aan kebetulan sedang menempuh kuliahnya di Jogja.
Sebelum berangkat ke Palu, dalam penjelasannya ia menyampaikan keluarga besarnya berada di Donggala. "Sampai hari ini, semua keluarga saya telepon belum juga ada jawaban, jujur saya khawatir sekali. Saya ke Donggala ini selain untuk membantu proses evakuasi, semoga juga dapat bertemu keluarga dalam keadaan sehat semua," ujarnya.
Melepas langsung Tim MRI DIY, Agus Budi mengatakan Tim MRI DIY yang berangkat menuju Palu Ini merupakan tahap pertama. "Insya Allah Jumat (5/10) esok, ACT DIY juga akan memberangkatkan lima truk kemanusiaan menuju Palu dan Donggala, truk-truk yang berisi logistik nantinya diberangkatkan dari Jogja dan akan berlayar dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya bersama ACT Jawa Tengah dan Jawa Timur," ujar Agus Budi.
Gempa bumi dan tsunami yang terjadi Jumat (28/9) benar-benar menyisakan kota yang porak-poranda dan ribuan korban jiwa. Hitungan terakhir, korban meninggal dunia telah berada di angka 1.407 jiwa dan lebih dari 161 ribu warga mengungsi. Angka ini masih terus bertambah seiring dengan proses penemuan jenazah baru.
Sampai hari kelima pascagempa dan tsunami, masih banyak jenazah korban tsunami dan gempa yang belum diketemukan dan dievakuasi dari sepanjang pesisir pantai. Laporan orang hilang bertambah, korban luka berat mencapai ratusan. Kondisi makin kacau ketiga tenaga penyelamat dan tenaga medis masih tersedia dalam jumlah terbatas.