REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin pada Rabu (3/10) menyebut mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal, sebagai seorang pengkhianat Rusia.
Sergei Skripal dan putrinya Yulia ditemukan tidak sadarkan diri di bangku umum kota Salisbury, Inggris, pada Maret lalu. Inggris mengatakan mereka diracuni oleh agen saraf yang dikelola oleh perwira intelijen Rusia. Rusia membantah tuduhan itu.
"Saya melihat bahwa beberapa rekan Anda mendorong teori bahwa Skripal hampir semacam aktivis hak asasi manusia. Dia hanya mata-mata. Pengkhianat tanah air," kata Putin di sebuah forum energi di Moskow. Pernyataannya itu disambut tepuk tangan dari beberapa penonton.
Putin mengatakan skandal Skripal telah dibesar-besarkan secara berlebihan. Putin mengaku masih siap bekerja sama dengan Inggris untuk proses penyelidikan Skripal. Namun, sejauh ini Inggris menolak tawaran itu.
Para pejabat Inggris mengatakan keracunan itu diyakini dilakukan oleh badan intelijen militer Rusia GRU dengan persetujuan para pejabat Rusia. Rusia membantah hal itu.
Putin juga menepis tuduhan bahwa Rusia bertanggung jawab atas keracunan Dawn Sturgess, seorang wanita Salisbury yang disebut polisi Inggris meninggal setelah bersentuhan dengan agen saraf Novichok. Novichok itu ditemukan oleh pasangannya di dalam botol parfum yang dibuang.
"Apa, apakah ada orang yang tidak waras dan mulai meracuni orang-orang tunawisma di sana? Itu omong kosong," katanya.
Menurut Putin, Skripal pernah mendekam di penjara Rusia karena menjual informasi ke Inggris. Moskow telah setuju untuk membebaskannya sebagai bagian dari pertukaran mata-mata. Hal itu menunjukkan bahwa Rusia tidak memiliki motif untuk membunuhnya.
"Kami tidak perlu meracuni siapa pun di sana. Skripal pengkhianat ini ditangkap dan dihukum lima tahun. Kami membiarkannya bebas, dia meninggalkan negara dan terus bekerja di sana dan berkonsultasi dengan beberapa dinas intelijen. Jadi apa?," katanya.
Dua pria Rusia yang dituduh Inggris mencoba membunuh Skripal mengatakan dalam sebuah wawancara TV bulan lalu bahwa mereka adalah turis yang tidak bersalah. Mereka mengunjungi kota Salisbury untuk melihat katedralnya.
London mengatakan penjelasan para tersangka begitu mengada-ada. Namun, itu semua membuktikan keterlibatan Rusia. Sementara itu, situs investigasi Bellingcat telah menerbitkan gambar seorang kolonel intelijen militer Rusia Anatoliy Chepiga. Gambar itu menyerupai salah satu dari dua tersangka yang tertangkap di CCTV.
Putin mengatakan skandal mata-mata bukanlah hal baru."Apakah masalah antara dinas intelijen dimulai kemarin? Seperti diketahui, spionase, seperti prostitusi, adalah salah satu profesi tertua di dunia," kata Putin.