REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: RR, Laeny Sulistyawati, Gumanti Awaliyah, Bayu Adji
Ada tiga bencana alam yang terjadi di Kota Palu, yakni gempa bumi, tsunami, dan pencairan tanah (likuifaksi). Bencana yang terakhir ini juga dahsyat karena memorak-porandakan rumah warga hingga seolah hilang ditelan bumi. Apa sebenarnya yang terjadi saat tanah seolah berubah menjadi bubur dan menenggelamkan rumah warga di Palu?
Geolog dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Eko Yulianto, menyebut hampir semua kota besar di Indonesia memiliki kerawanan likuifaksi seperti yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah. Namun, derajat keparahan likuifaksi bergantung pada pasir lepas kaya air yang berada di bawah tanah.
Fenomena likuifaksi, kata dia, biasa terjadi di daerah pantai dan sungai yang dekat gunung berapi aktif. "Seperti kita ketahui, kota-kota besar atau sedang di Indonesia dekat dengan pantai, jadi kerawanan itu ada," kata Eko ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (2/10).
Dia melanjutkan, fenomena likuifaksi bukan gejala yang diakibatkan sesar atau patahan. Sesar, dia menjelaskan, hanya akan menghasilkan gempa dan memberikan tekanan dan gelombang di permukaan bumi. Namun, tekanan gelombang dari gempa itulah yang akan menekan lapisan pasir lepas kaya air tersebut hingga dapat menyemburkan bubur pasir di suatu lokasi.
Eko menjelaskan, likuifaksi adalah gejala yang normal terjadi pada beberapa kasus gempa. Dia menyebutkan, di beberapa musibah gempa, seperti di gempa Padang pada 2009 dan Lombok, fenomena likuifaksi juga terjadi. Namun, kekuatannya tidak sebesar likuifaksi di Palu.
"Kita sudah punya metode likuifaksi di suatu tempat. Tapi, untuk mengukur keparahan likuifaksi yang akan terjadi, kita harus data satu per satu tempatnya," ujar dia.
Sejumlah alat berat saat melakukan evakuasi korban jenazah di Petobo, Palu, Sulawesi Utara, Rabu (3/10).
Fenomena likuifaksi sudah cukup banyak dibahas di banyak negara yang rentan bencana. Salah satunya oleh akun Youtube asal Taiwan milik Sunarts Production. Video yang menjelaskan proses likuifaksi tersebut disponsori oleh Kementerian Sains dan Teknologi Taiwan.
Video tersebut memperagakan proses likuifaksi menggunakan sebuah akuarium kecil yang diletakkan di atas skateboard. Akuarium diisi air dan pasir. Pasir ditaburkan hingga padat menutupi air. Kemudian, peraga menempatkan dua miniatur rumah di atas pasir tersebut.
Setelah itu, skateboard digoyangkan ke kanan dan ke kiri yang mengibaratkan terjadinya gempa. Hasilnya, miniatur rumah ambles karena pasir turun ke bawah.